Kengerian Rencana The Fed Jegal IHSG, Turun Nyaris 1%!

Jakarta, CNBC Indonesia - Koreksi parah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali berlanjut pada Rabu (11/1/2023) pagi hari, di mana potensi bank sentral Amerika Serikat (AS) yang akan mempertahankan sikap hawkish-nya untuk waktu yang lebih lama membuat investor kembali khawatir.
Hingga pukul 09:40 WIB, IHSG tergelincir 0,82% ke posisi 6.567,95. IHSG pun kembali keluar dari zona psikologis 6.600 dan kini diperdagangkan kembali di level psikologis 6.500.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan sesi I hari ini sudah mencapai sekitaran Rp 2,4 triliun dengan melibatkan 5,7 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 309.860 kali.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang berpotensi mempertahankan sikap hawkish-nya untuk waktu yang lebih lama membuat investor di dalam negeri kembali khawatir bahwa perlambatan ekonomi di AS akan benar-benar terjadi, meski inflasi cenderung terus melandai.
Sebelumnya, Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan dalam pidatonya kemarin bahwa bank sentral berkomitmen kuat untuk menurunkan inflasi, meskipun berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi dan memicu tekanan dari politisi.
"Stabilitas harga adalah bantalan utama bagi ekonomi yang sehat dan memungkinkan masyarakat mendapatkan keuntungan yang tak terhitung dari waktu ke waktu," tutur Powell, dalam pidatonya di Riskbank Conference Selasa kemarin dikutip dari CNBC International.
Powell menambahkan komitmen The Fed untuk memerangi inflasi bisa berdampak buruk ke pertumbuhan ekonomi AS.
"Memulihkan stabilitas harga saat inflasi tinggi membutuhkan upaya yang mungkin tidak populer dalam waktu dekat karena bisa memperlambat ekonomi," imbuhnya.
Tak hanya Powell saja, beberapa pejabat The Fed pun mengharapkan yang sama. Mary Daly, Presiden The Fed San Francisco dan Raphael Bostic, Presiden The Fed Atlanta, dalam komentar pada Senin lalu menyoroti bahwa suku bunga perlu naik di atas 5% dan tetap di sana untuk beberapa waktu. Suku bunga acuan The Fed saat ini berkisar antara 4,25% dan 4,5%.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat The Fed akan menaikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Februari dan Maret, sehingga puncaknya menjadi 4,75% - 5%.
Probabilitas kenaikan 25 basis poin pada Februari sebesar 75% dan pada Maret 65,9%.
Dengan data ekonomi AS yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda pelambatan, pelaku pasar melihat peluang The Fed bisa menurunkan suku bunga lebih cepat.
Perangkat FedWatch menunjukkan suku bunga bisa dipangkas di akhir 2023.
Hal ini tentunya berbeda dengan proyeksi The Fed yang diberikan Desember lalu. Bank sentral paling powerful di dunia ini sebelumnya mengindikasikan akan menaikkan suku bunga dua kali lagi, 50 basis poin pada Februari dan 25 basis poin sebulan berselang hingga menjadi 5% - 5,25%.
The Fed sebelumnya juga menyatakan suku bunga tidak akan diturunkan hingga 2024.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Sempat Cetak Rekor, IHSG Ternyata Ambrol 1% Sepekan
(chd/chd)