
Big Cap Korban Kengerian Rencana The Fed, IHSG Terjegal

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada awal perdagangan sesi I Rabu (11/1/2023), meski bursa saham global cenderung menghijau pada hari ini.
Per pukul 09:15 WIB, IHSG melemah 0,33% ke posisi 6.600,43. IHSG nyaris kembali diperdagangkan di level psikologis 6.500 pada pagi hari ini.
Beberapa saham menjadi pemberat laju penguatan indeks pada awal perdagangan sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat (laggard) IHSG hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Mandiri | BMRI | -11,91 | 9.100 | -1,89% |
Bank Central Asia | BBCA | -7,14 | 8.075 | -1,22% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | -4,93 | 4.420 | -0,23% |
Telkom Indonesia | TLKM | -3,65 | 3.820 | -0,26% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -1,90 | 95 | 0,00% |
United Tractors | UNTR | -1,45 | 24.600 | -1,40% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | -1,43 | 8.600 | -1,43% |
Astra International | ASII | -1,18 | 5.300 | -0,47% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Saham-saham bank berkapitalisasi pasar terbesar secara mayoritas masih menjadi pemberat paling besar pada hari ini, di mana saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) kembali menjadi yang paling memberatkan indeks, yakni hingga mencapai 11,91 indeks poin.
Tak hanya BMRI saja, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga masih memberatkan indeks cukup besar yakni masing-masing 7,14 indeks poin dan 4,93 indeks poin.
Investor masih cenderung khawatir dengan potensi resesi global yang bakal terjadi pada tahun ini, setelah mereka merespons dari pernyataan pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang mengindikasikan untuk menahan suku bunga tinggi dalam waktu yang lama.
Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan dalam pidatonya kemarin bahwa bank sentral berkomitmen kuat untuk menurunkan inflasi, meskipun berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi dan memicu tekanan dari politisi.
Mary Daly, presiden The Fed San Francisco dan Raphael Bostic, presiden The Fed Atlanta, dalam komentar pada Senin lalu menyoroti bahwa suku bunga perlu naik di atas 5% dan tetap di sana untuk beberapa waktu. Suku bunga acuan The Fed saat ini berkisar antara 4,25% dan 4,5%.
Beberapa pelaku pasar khawatir bahwa dampak kenaikan suku bunga masih akan terjadi ke industri-industri, karena dampak dari kebijakan moneter yang lebih ketat pada tidak langsung terasa pada pendapatan perusahaan dan pertumbuhan ekonomi perusahaan, melainkan membutuhkan waktu untuk dapat dirasakan.
Investor masih memantau secara cermat angka pembacaan inflasi bulanan di AS yang akan dirilis Kamis pekan ini waktu setempat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd)