
Normalisasi Bikin Harga CPO Ambruk ke Bawah MYR 4000/Ton

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) terpental dari level psikologis MYR 4.000 per ton untuk pertama kalinya sejak 27 Desember 2022. Harga CPO di Bursa Malaysia Exchange juga masih melandai di sesi awal perdagangan Rabu (11/01/2023).
Berdasarkan data Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan turun 0,73% ke MYR 3.955 /ton pada pukul 07:08 WIB.
Pelemahan ini memperpanjang tren negatif CPO. Pada perdagangan Selasa (10/1/2023), harga CPO ambruk 3,3% ke MYR 3.984 per ton. Dalam dua hari terakhir, harga CPO sudah jatuh 4%.
Dalam sepekan, harga CPO juga jatuh 5,1% sementara dalam sebulan masih melonjak 5,8%. Dalam setahun, harga CPO masih jeblok 21,9%.
Harga CPO lebih kerap melemah sepanjang tahun ini. Sejak awal tahun, hanya dua kali CPO menguat yakni pada 3 dan 9 Januari 2023. Selebihnya, harga CPO ambrol. Sepanjang tahun ini, harga CPO sudah jatuh 5,3%.
Industry & Regional Analyst Bank Mandiri, Abrar Aulia, mengatakan harga CPO melandai karena ada normalisasi antara permintaan dan pasokan di pasar minyak nabati.
Sebagai catatan, harga CPO dan minyak nabati lainnya terbang setelah perang Rusia-Ukraina meletus pada akhir Februari 2022.
"Salah satu penyebab turunnya harga CPO adalah normalisasi supply and demand di pasar minyak nabati, termasuk CPO pada tahun 2023," tutur Abrar, kepada CNBC Indonesia.
Kendati melemah, Abrar mengingatkan harga CPO masih jauh lebih tinggi dibandingkan pra-pandemi yang berkisar di MYR2 .000-3.000 per ton.
"Sebenarnya harga saat ini masih relatif tinggi dibandingkan masa sebelum prepandemi dan masih menguntungkan bagi pemain di sektor CPO," imbuhnya.
Harga CPO juga melemah karena masih belum jelasnya perkembangan ekonomi China serta ancaman resesi.
Pemerintah Beijing memang sudah melonggarkan kebijakan Covid-19. Namun, kasus Covid di Tiongkok terus melonjak dan ini bisa berdampak kepada pengetatan kembali.
China adalah salah satu pasar terbesar CPO di dunia, terutama Indonesia.
Tiongkok adalah pasar CPO terbesar kedua bagi Indonesia setelah India. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor CPO ke China mencapai 3 juta ton dengan nilai US$ 3,32 miliar pada Januari-Oktober 2022.
Sementara itu, resesi bisa kembali menekan permintaan terhadap minyak nabati karena melemahnya daya beli masyarakat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dunia Tak Baik-Baik Saja! Harga CPO Merana, Anjlok 5%