CNBC Indonesia Research

IHSG Longsor, Apa Benar Big Bank Udah Kemahalan?

Putra, CNBC Indonesia
11 January 2023 06:25
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Awal tahun 2022 ditandai dengan kaburnya dana asing dari pasar saham dan anjloknya harga saham-saham perbankan big cap.

Secara year to date (ytd), asing membukukan net sell di pasar saham sebesar Rp 1,73 triliun di pasar reguler dan Rp 615,5 miliar di pasar negosiasi. Sehingga di seluruh pasar asing net sell sebesar Rp 2,34 triliun.

Di antara saham-saham bank KBMI IV, saham BBRI-lah yang paling banyak dilepas oleh asing dengan net sell sebesar Rp 748 miliar disusul oleh saham BBCA dengan net sell Rp 621,6 miliar.

Saham BMRI juga dilepas asing dengan nilai net sell sebesar Rp 120,2 miliar. Namun saham BBNI masih mencatatkan net buy senilai Rp 97,85 miliar.

Tren aksi jual asing di saham bank KBMI IV di awal tahun berbanding terbalik dengan tahun 2022, ketika keempat saham tersebut menjadi penikmat terbesar aliran masuk modal asing dalam bentuk portofolio.

Keempat saham bank blue chip tersebut bahkan mencatatkan apresiasi harga yang fantastis. Semuanya mengalami apresiasi lebih dari 10%.

Namun kondisi sekarang justru berbalik 180 derajat. Belum dua minggu perdagangan tahun 2023 berlangsung, harga saham BBCA drop 4,39%; saham BBNI melemah 5,42%; saham BMRI turun 6,55% dan saham BBRI paling ambles dengan pelemahan 10,32%.

Saham

YTD Performance

YTD Net Foreign Flow (Rp miliar)

BBCA

-4.39%

-621.6

BBRI

-10.32%

-748.33

BMRI

-6.55%

-120.2

BBNI

-5.42%

97.85

Memang ada banyak alasan mengapa kini investor asing cenderung melego saham-saham blue chip tersebut.

Faktor pertama adalah investor asing bisa jadi sudah puas dengan cuan yang dihasilkan dari kenaikan saham di tahun 2022.

Kedua adalah kenaikan harga saham yang pesat membuat valuasi saham bank kakap menjadi lebih premium. Untuk memvalidasi premis kedua, maka perlu dilihat valuasi saham bank-bank tersebut secara historis.

Setidaknya dalam 5 tahun terakhir, saham BBCA ditransaksikan dengan valuasi paling premium di antara ketiga bank lain dengan rata-rata rasio Price to Book Value/PBV di 4,08 kali disusul oleh BBRI dengan PBV rata-rata 2,18 kali, barulah BMRI dan BBNI dengan valuasi rata-rata 5 tahun terakhir di 1,56 kali dan 1,09 kali PBV.

Kisah kenaikan harga saham perbankan terutama KBMI IV sebenarnya terjadi ketika krisis Covid-19 melanda di tahun 2020.

Bayangkan, kala itu harga saham-saham dengan fundamental baik sekelas KBMI IV anjlok signifikan. Saham BBCA bahkan sempat drop dan ditransaksikan dengan rasio PBV terendah di 2,93 kali.

Kemudian saham BBRI ditransaksikan dengan rasio PBV terendah di 1,29 kali . Bahkan saham BMRI dan BBNI ditransaksikan dengan rasio PBV 1 kali. Memang di tahun 2020, laba bersih bank-bank tersebut tergerus signifikan kecuali BBCA yang laba bersihnya tumbuh tetapi moderat.

PBV 2020

BBCA

BBRI

BMRI

BBNI

Average

3.97

2.09

1.39

0.86

Median

4.03

1.94

1.36

0.78

Min

2.93

1.29

0.89

0.52

Max

4.59

2.82

1.91

1.30

Tahun 2021, laba bersih perbankan memang tumbuh. Namun di tahun 2022, pencapaian laba bersih keempat bank tersebut melesat signifikan. Story inilah yang memicu asing ramai-ramai memborong saham bank.

Jika dibandingkan dengan valuasi menggunakan metode PBV di tahun 2022 dengan 2020 memang jelas beda. Valuasi di tahun 2022 jelas lebih premium. Namun alasannya kuat karena kinerja yang solid.

Namun jika melihat valuasi historis, rata-rata valuasi BBCA memang lebih tinggi di tahun 2022 dibanding rata-rata 5 tahunnya. Sebagai informasi, rata-rata PBV BBCA di 2022 di 4,47 kali dengan PBV tertinggi sempat menyentuh 5,17 kali.

Sementara itu untuk kasus BBRI rata-rata PBV di 2022 sama dengan rata-rata PBV 5 tahun di 2,18 kali. Sedangkan untuk kasus BMRI dan BBNI rata-rata valuasi PBV 2022 memang masih lebih rendah dari rata-rata PBV 5 tahun terakhir.

PBV 2022

BBCA

BBRI

BMRI

BBNI

Average

4.47

2.18

1.67

1.15

Median

4.42

2.17

1.60

1.15

Min

3.90

1.95

1.39

0.91

Max

5.17

2.41

2.11

1.33

Well, pada akhirnya memang investor asing untuk sementara waktu cash out terlebih dahulu dari saham-saham blue chip terutama bank dengan bobot besar terhadap IHSG dan bisa jadi investor asing ini sedang memburu saham-saham lain dengan valuasi yang lebih menarik.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Sanggahan : Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri Anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggungjawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Jumbo Merah, Akibat Sengketa Pemilu atau Restrukturisasi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular