Surat Utang RI Tak Dikuasai Asing, Kabar Baik atau Buruk?

Market - Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
06 January 2023 12:40
Ilustrasi Mata Uang Asing (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi Mata Uang Asing (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Muhammad Nawir Messi mengungkapkan sisi gelap semakin menyusutnya kepemilikan investor asing di instrumen Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia.

Nawir menjelaskan, jika dilihat berdasarkan paham nasionalis, semakin menyusutnya porsi kepemilikan asing di instrumen SBN itu menandakan tak lagi bergantungnya Indonesia pada pemodal asing. Namun, ia mengingatkan adanya sisi negatif dari kondisi itu.

"Kalau teman-teman nasionalis mengatakan ini bagus karena kita tidak lagi bergantung ke modal asing, terutama dari sisi pasar uang, tapi juga di sisi lain semakin membuat cadangan devisa makin berkurang," kata Nawir dalam diskusi virtual, dikutip Jumat (6/1/2023).

Kementerian Keuangan mencatat kepemilikan SBN saat ini didominasi oleh Perbankan dan diikuti BI, sedangkan kepemilikan investor asing terus menurun sejak 2019 yang mencapai 38,57%, hingga akhir 2021 tercatat 19,05%, dan per 15 Desember 2022 mencapai 14,64%.

Menurut anggota Badan Supervisi Bank Indonesia itu, dengan kecilnya porsi kepemilikan asing di pasar SBN, sehingga menyebabkan besaran cadangan devisa Indonesia juga ikut menyusut dapat menjadi indikator negatif yang mempengaruhi sentimen investor asing lainnya.

"Itu seperti kita tahu pasar uang salah satu indikator yang dipelototi pelaku adalah cadangan devisa. Jadi bisa dua tafsir, kemandirian, tapi tafsir negatifnya dilihat dari kebutuhan kita dari cadangan devisa, untuk membiayai ekspor, pengelolaan nilai tukar rupiah yang sepanjang pertengahan sampai akhir tahun selalu diwarnai dengan fluktuasi yang sangat tinggi," tutur Nawir.

Di sisi lain, ia melanjutkan, semakin berkurangnya porsi investor asing dalam porsi kepemilikan SBN juga semakin membebani kebijakan moneter BI. Sebab, SBN itu pada akhirnya diserap BI di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas tingkat imbal hasilnya.

"Itu sekarang ini dengan adanya pelarian modal yang berlangsung besar-besaran sepanjang awal tahun sampai akhir 2022, efeknya BI harus membeli kembali di pasar sekunder dan itu menjadi beban moneter yang terus membebani Indonesia," kata Nawir.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Kas Negara Cukup! Pemerintah Setop Tarik Utang Lagi 2022


(mij/mij)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading