Ini Penyebab IHSG Mendadak Anjlok 1% Jelang Penutupan Sesi II

Awar Muhammad, CNBC Indonesia
04 January 2023 15:22
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan hari ketiga 2023, Rabu (04/01/23), menghentikan tren penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dua hari sebelumnya. Sesi kedua ditutup turun drastis setelah diguncang oleh peringatan dari Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa tahun ini akan menjadi tahun yang sulit.

IHSG ditutup anjlok lebih 1 persen tepatnya 1,10% menjadi 6.813,24. Rangkuman perdagangan mencatatkan IHSG berada di zona merah sepanjang periode perdagangan meski sempat dibuka naik tipis.

Dilansir dari RTI Business, hanya 164 saham mengalami apresiasi, 369 saham terkoreksi, sementara 173 lainnya mendatar.

Sementara volume perdagangan hari ini tercatat sebanyak 17 miliar dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 1,2 juta kali.

Meski indeks melemah, nilai perdagangan kali ini naik yaitu mencapai Rp 9,7 triliun, lebih tinggi 17% dari perdagangan kemarin (03/01/23)

Berdasarkan data dari Refinintiv, seluruh indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI) terparkir di zona merah. Sektor utilitas, energi dan kesehatan menjadi sektor paling mengecewakan.

Penurunan indeks disetir oleh koreksi mayoritas saham big caps. Dari deretan bottom movers Adaro Energy jebol 6,25%, diikuti Chandra As merosot 2,83%.

Beralih ke emiten perbankan Bank Central Asia dan Bank Rakyat Indonesia masih menjadi beban IHSG melemah masing-masing 2,34% dan 1,65%.

Sementara, Telkom Indonesia, emiten berbasis teknologi ini melandai 0,78%. Emiten kesehatan, Mitra Keluarga drop 6,80%.

Penutupan sesi dua kali ini menambah kerugian dari sesi sebelumnya setelah kenaikan tingkat inflasi tahunan Indonesia naik tipis menjadi 5,51% pada Desember 2022.

Kenaikan tingkat inflasi berada di atas batas atas target bank sentral 2-4% selama tujuh bulan berturut-turut membuat harga meningkat lebih cepat.

Harga untuk perumahan dan pendidikan meningkat, pun harga untuk makanan, minuman dan tembakau naik. Harga konsumen inti naik 3,36% yoy, level tertinggi dalam hampir 6 tahun, dibandingkan perkiraan pasar yang naik 3,39%.

Sentimen luar negeri turut mempengaruhi, salah satunya dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang memberikan isyarat bahwa tahun ini akan menjadi tahun yang sulit karena mesin utama pertumbuhan global - Amerika Serikat, Eropa, dan Chinasemuanya mengalami aktivitas yang melemah.

Pelaku pasar juga berhati-hati setelah data menunjukkan aktivitas pabrik China menyusut paling banyak dalam hampir 3 tahun pada bulan Desember, di tengah penyebaran cepat kasus COVID di seluruh daratan.


(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular