Market Commentary

Duh! IHSG Jebol, 12 Saham ARB, Ramalan Robert Kiyosaki Benar?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
04 January 2023 15:19
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau merosot nyaris 1% pada perdagangan sesi II Rabu (4/1/2023), di mana prediksi ekonomi global dari Dana Moneter Internasional cenderung membuat khawatir pasar global dan dalam negeri.

Hingga pukul 14:52 WIB, IHSG merosot 0,91% ke posisi 6.826,48. Meski merosot, tetapi IHSG masih bertahan di zona psikologis 6.800 pada hari ini.

Di tengah masih lesunya IHSG, terpantau ada 12 saham yang ambruk lebih dari 6% dan sudah menyentuh level auto reject bawah (ARB).

Berikut saham-saham yang terkena ARB pada perdagangan sesi II hari ini:

EmitenKode SahamHarga TerakhirPerubahan Harga
Bank JTrust IndonesiaBCIC174-6,95%
Wilton Makmur IndonesiaSQMI67-6,94%
Garuda IndonesiaGIAA188-6,93%
Bangun Karya Perkasa JayaKRYA480-6,80%
Damai Sejahtera AbadiUFOE222-6,72%
Widodo Makmur UnggasWMUU70-6,67%
Esta Multi UsahaESTA156-6,59%
Asuransi Harta Aman PratamaAHAP71-6,59%
Nusantara AlmaziaNZIA288-6,49%
Wulandari Bangun LaksanaBSBK159-6,47%
Indo Pureco PratamaIPPE135-6,25%
Energy Mega PersadaENRG280-6,04%

Sumber: RTI

Dari deretan 12 saham yang sudah terkena ARB, ada saham maskapai BUMN yakni PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), yang ambruk 6,93% ke posisi harga Rp 188/saham. Padahal pada perdagangan kemarin, saham GIAA sempat melesat dan menyentuh batas auto reject atas (ARA), setelah suspensinya dibuka oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sementara yang terparah yakni saham PT Bank Jtrust Indonesia Tbk (BCIC) yang anjlok 6,95% menjadi Rp 174/saham.

IHSG kembali terkoreksi karena investor masih cenderung merespons negatif dari proyeksi ekonomi global yang dikeluarkan oleh Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).

Kepala IMF, Kristalina Georgieva memperingatkan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun yang berat karena mesin utama pertumbuhan yaitu Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China, semuanya mengalami aktivitas yang melemah.

"Kami memperkirakan sepertiga dari ekonomi dunia akan berada dalam resesi," kata Kristalina Georgieva.

"Tahun 2023 akan lebih sulit dari tahun lalu karena ekonomi AS, Uni Eropa dan China akan melambat", pungkasnya.

Di China, menurut Kristalina, laju ekonomi China pada 2022 kemungkinan di bawah pertumbuhan ekonomi global untuk pertama kalinya dalam 40 tahun karena lonjakan kasus covid-19.

Peningkatan kasus membuat Negeri Tirai Bambu tersebut menerapkan sejumlah pembatasan yang menahan aktivitas ekonomi.

"Untuk beberapa bulan ke depan, akan sulit bagi China, dan dampaknya terhadap pertumbuhan China akan negatif, dampaknya terhadap kawasan tersebut akan negatif, dan dampak terhadap pertumbuhan global akan negatif," kata Georgieva.

Sementara itu, ia menilai ekonomi AS tangguh dan mampu menghindari resesi. Sebab, pasar tenaga kerja dinilai masih cukup kuat.

"Jika pasar tenaga kerja sangat kuat, Fed (The Federal Reserves) mungkin harus mempertahankan suku bunga lebih ketat lebih lama untuk menurunkan inflasi," ujarnya.

Lebih lanjut, Kristalina menjelaskan bahkan bagi negara-negara yang tidak mengalami resesi pun ratusan juta orang akan merasa seperti dalam resesi.

Ramalan IMF mengenai kondisi ekonomi global yang melambat membuat dana beralih ke aset yang lebih aman atau safe haven.

Sebelumnya, dalam unggahan twitter Robert Kiyosaki juga meramalkan akan ada kejatuhan pasar saham dalam waktu dekat, dan membuat harga emas serta perak bakal melambung.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation