Liar Lagi, Rupiah Tembus Rp 15.600/US$!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 03/01/2023 09:12 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali bergerak liar melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Selasa (3/1/2023), tetapi sayangnya kembali menembus ke atas Rp 15.600/US$.

Data Refinitiv menunjukkan rupiah membuka perdagangan di Rp 15.580/US$, melemah 0,1% di pasar spot. Rupiah kemudian sempat berbalik menguat 0,19%, sebelum melemah lagi 0,22% ke Rp 15.605/US$ pada pukul 9:10 WIB.

Kemarin Mata Uang Garuda juga bergerak liar, sempat menguat hingga 0,55% di awal perdagangan tetapi malah berakhir melemah tipis 0,03%. Maklum saja, perdagangan masih sepi memasuki tahun baru, hawa liburan masih terasa. Saat volume perdagangan rendah, maka pergerakan liar kerap kali terjadi.


Selain perdagangan yang masih sepi, pelaku pasar juga menanti rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) edisi Desember lalu untuk melihat arah kebijakan ke depannya.

"Kita akan melihat petunjuk yang bisa menentukan seberapa besar kenaikan suku bunga pada Februari" kata analis dari Citi, sebagaimana dilansir Reuters.

The Fed pada bulan lalu mengendurkan laju kenaikan suku bunga menjadi 50 basis poin, setelah empat kali beruntun menaikkan masing-masing 75 basis poin.

Analis dari Citi memperkirakan bank sentral paling powerful di dunia tersebut akan kembali menaikkan sebesar 50 basis poin bulan depan.

Sementara itu ada kabar baik dari dalam negeri. &P Global kemarin melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia naik menjadi 50,9 pada Desember 2022, naik dari bulan sebelumnya 50,3.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, di atasnya adalah ekspansi.

Artinya, di penghujung 2022 sektor manufaktur Indonesia meningkatkan ekspansinya.

Laporan tersebut juga menunjukkan peningkatan demand membuat output produksi meningkat, begitu juga dengan aktivitas pembelian serta perekrutan tenaga kerja.

"PMI Desember menunjukkan peningkatan kondisi sektor manufaktur Indonesia pada akhir 2022. Laju ekspansi output dan penjualan yang lebih cepat bersama dengan meredanya tekanan kenaikan harga menjadi perkembangan yang bagus, meski kenaikan produksi dan demand masih lemah," kata Jingyi Pan, Economics Associate Director at S&P Global Market Intelligence dalam rilisnya Senin pagi.

Jingyi juga melihat kenaikan harga output turun ke level terendah sejak Mei 2021, menunjukkan tekanan harga ke konsumen sudah melambat dan akan mendukung kenaikan demand ke depannya.

Sektor manufaktur merupakan salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan lapangan usaha. Kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) lebih dari 17%, menjadi yang tertinggi disusul oleh pertambangan dan penggalian sekitar 13,5% pada kuartal III-2022.

Dengan PMI manufaktur yang mempercepat laju ekspansinya, tentunya menjadi kabar bagus dan berpeluang terus berlanjut di tahun ini, mengingat ada Tahun Baru Imlek, dan China perlahan mulai melonggarkan lockdown.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS