Kabar Dari IMF Ini Mengerikan, Langkah IHSG Jadi Berat

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
Senin, 02/01/2023 15:27 WIB
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan perdana Senin (02/01/23) Indeks Harga Saham Gabungan sesi kedua ditutup naik tipis setelah diguncang oleh peringatan dari Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa tahun ini akan menjadi tahun yang sulit karena mesin utama pertumbuhan global yang melemah.

IHSG ditutup naik hampir 0,4 poin saja atau 0,01% menjadi 6.850,98. Rangkuman perdagangan mencatatkan IHSG berada di zona merah sepanjang sesi dua, namun berhasil ditutup di wilayah positif di detik terakhir perdagangan.

Dilansir dari RTI Business, sebanyak 292 saham mengalami apresiasi, 244 saham terkoreksi, sementara 167 lainnya mendatar.


Sementara volume perdagangan hari ini tercatat sebanyak 13,7 miliar dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 930 ribu kali.

Nilai perdagangan kali ini hanya mencapai 5,53 triliun rupiah, lebih rendah 43% dari perdagangan akhir tahun lalu (30/12/22) yakni 9,62 triliun rupiah

Berdasarkan data dari Refinintiv, mayoritas indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI) terparkir di zona merah.

Pergerakan IHSG yang berbalik arah di akhir sesi perdagangan didorong oleh penguatan mayoritas saham blue chip yang meningkat. Dari deretan top movers Medco Energy melonjak 7,36%, diikuti Sarana Menara Nusantara meningkat 4,55%. Sementara Japfa Comfeed dan Sumber Alfaria menguat 3,47 dan 3,40 persen. Di Posisi ke lima, Sumber Alfaria Trijaya naik 3,40%.

Penutupan sesi dua kali ini menahan kerugian dari sesi sebelumnya setelah kenaikan tingkat inflasi tahunan Indonesia naik tipis menjadi 5,51% pada Desember 2022.

Kenaikan tingkat inflasi berada di atas batas atas target bank sentral 2-4% selama tujuh bulan berturut-turut membuat harga meningkat lebih cepat.

Harga untuk perumahan dan pendidikan meningkat, pun harga untuk makanan, minuman dan tembakau naik. Harga konsumen inti naik 3,36% yoy, level tertinggi dalam hampir 6 tahun, dibandingkan perkiraan pasar yang naik 3,39%.

Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan isyarat bahwa tahun ini akan menjadi tahun yang sulit karena mesin utama pertumbuhan global - Amerika Serikat, Eropa, dan China semuanya mengalami aktivitas yang melemah. Pelaku pasar juga berhati-hati setelah data menunjukkan aktivitas pabrik China menyusut paling banyak dalam hampir 3 tahun pada bulan Desember, di tengah penyebaran cepat kasus COVID di seluruh daratan.


(Muhammad Azwar/ayh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saat Perang Berkobar, Saham & Investasi Mana Yang Bisa Cuan?