
Rights Issue BTN Didukung Fundamental Kuat

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Tabungan Negara Tbk diprediksi akan menutup tahun 2022 dengan kinerja yang cemerlang. Hal tersebut telah tercermin pada kinerja Januari sampai November 2022 yang mencatatkan pertumbuhan yang positif dan solid.
Hal ini dinilai menjadi modal besar bagi BTN yang saat ini sedang melaksanakan Penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue.
Berdasarkan laporan keuangan November 2022, BTN meraup laba bersih Rp 2,79 triliun pada 11 bulan pertama di 2022. Laba tersebut meningkat 41,51% dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat Rp 1,97 triliun. Manajemen BTN optimistis laba bersih sepanjang 2022 ini bisa menembus angka Rp 3 triliun atau melebihi konsensus para analis yang memprediksi Rp2,89 triliun
Lonjakan laba ditopang oleh perbaikan struktur biaya dana dengan peningkatan signifikan pada produk giro. Berdasarkan laporan keuangan bulanan November 2022, BTN mencatatkan pertumbuhan produk tabungan dan giro (current account saving account/CASA) sebesar 25,9% menjadi Rp153,74 triliun pada akhir November 2022.
Dana murah ini didominasi oleh produk giro yang menembus Rp 115,49 triliun, meningkat 57,4% dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat Rp 73,38 triliun. Di sisi lain, deposito yang tergolong dana mahal turun 5,36% menjadi Rp 168,1 triliun dibandingkan sebelumnya yang tercatat Rp 177,6 triliun.
Secara keseluruhan, Dana Pihak Ketiga (DPK) dari Bank spesialis pembiayaan perumahan ini meningkat 7,38% menjadi Rp 321,83 triliun. Perbaikan struktur DPK tersebut berhasil menurunkan beban bunga sebesar 19%, dari Rp 11,72 triliun pada November 2021 menjadi Rp9,48 pada November 2022.
Sementara itu, pendapatan bunga BTN terus meningkat sebesar 3,87% menjadi Rp 23,33 triliun pada akhir November 2022. Hal ini ditopang oleh peningkatan kredit dan pembiayaan syariah sebesar 8,09% menjadi Rp 295,58 triliun pada akhir November 2022.
Secara keseluruhan pendapatan bunga bersih (NII) BTN melesat 28,84% menjadi Rp 13,84 triliun. Bukan cuma NII, Bank yang dikomandoi Direktur Utama Haru Koesmahargyo ini mencatatkan pendapatan Komisi/provisi/fee dan administrasi sebesar Rp 1,1 triliun, melesat 13,7% dibandingkan setahun sebelumnya. Hingga akhir November 2022, aset BTN nyaris menembus Rp 400 triliun, tepatnya Rp 397,51 triliun.
"Fundamental yang solid, harga saham dan harga rights yang sudah terdiskon menjadi faktor positif rights issue BTN," kata Suria Dharma, Kepala Riset Samuel Sekuritas, pekan lalu.
BTN masih dalam proses rights issue dengan target dana Rp 4,13 triliun, termasuk penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 2,48 triliun. BBTN akan mempergunakan modal tersebut untuk mendukung pembiayaan perumahan termasuk KPR subsidi.
Sementara itu Riset Bahana Sekuritas memprediksi penyaluran KPR BTN akan terus tumbuh positif pada tahun depan.. Hal ini didorong oleh alokasi APBN dalam subsidi perumahan melalui berbagai program.
"BBTN menjadi penerima manfaat utama dari pertumbuhan anggaran perumahan subsidi karena porsi KPR subsidi mencapai 48 persen dari total KPR BBTN," tulis Riset Bahana.
Pada periode 2016 sampai 2021, subsidi pemerintah ke sektor perumahan terus meningkat dengan tingkat p ertumbuhan tahunan majemuk (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 41,2 persen. Untuk 2022, anggaran subsidi meningkat 13,1 persen menjadi Rp 25,53 triliun, dan untuk 2023 indikatif anggaran subsidi perumahan meningkat 16,8 persen menjadi Rp 29,53 triliun.
Sekedar mengingatkan saat ini BTN sedang menggelar pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau exercise rights mulai 28 Desember 2022 hingga 5 Januari 2023.
Distribusi HMETD rencananya akan dilakukan pada Selasa (27/12/2022) dengan kode BBTN-R. Para pemegang HMETD berhak untuk menukarkan hak tersebut menjadi saham baru BBTN dengan harga pelaksanaan Rp1.200.
Dengan harga pelaksanaan rights issue Rp1.200 maka itu setara dengan 0,58x price to book value (PBV). Hal ini mengindikasi bahwa saham dan harga rights issue BBTN masih lebih murah dibandingkan bank besar lainnya yang memiliki valuasi di atas 2x PBV.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rights Issue, Laba BTN Moncer Hingga November 2022