Bukti Baru BI, 'Kiamat' Uang Kertas Nyata Melanda RI

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
22 December 2022 17:45
Warga mengantre untuk menukarkan uang Rupiah kertas baru Tahun Emisi (TE) 2022 di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan, Rabu (24/8/2022). Pemerintah melalui Bank Indonesia secara resmi mengeluarkan tujuh uang kertas baru tahun emisi 2022. Uang kertas baru ini terdiri dari pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 2.000, dan Rp 1.000. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Warga mengantre untuk menukarkan uang Rupiah kertas baru Tahun Emisi (TE) 2022 di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan, Rabu (24/8/2022). Pemerintah melalui Bank Indonesia secara resmi mengeluarkan tujuh uang kertas baru tahun emisi 2022. Uang kertas baru ini terdiri dari pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 2.000, dan Rp 1.000. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Transaksi menggunakan uang kartal, baik itu uang logam dan kertas mulai ditinggalkan masyarakat. Tercermin dari pertumbuhan penggunaan uang elektronik, yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan peredaran uang kartal yang diedarkan oleh Bank Indonesia (BI).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan pihaknya terus mendorong peningkatan efisiensi sistem pembayaran, melalui penguatan kebijakan dan akselerasi digitalisasi untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi.

BI mencatat, nilai transaksi uang elektronik pada November 2022, tumbuh 12,84% (year on year) mencapai Rp 35,3 triliun. Adapun nilai transaksi digital banking meningkat 13,88% (year on year/yoy) menjadi Rp 4.561,2 triliun, sejalan dengan normalisasi mobilitas masyarakat.

Disamping itu, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit juga meningkat 16,85% (yoy) menjadi Rp 664,9 triliun.

Pertumbuhan penggunaan transaksi digital tersebut, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan peredaran uang kartal yang diedarkan (UYD) pada November 2022. "UYD pada November 2022 meningkat 7,77% (yoy) mencapai Rp 935,2 triliun," jelas Perry.

"Transaksi ekonomi dan keuangan digital meningkat ditopang oleh naiknya akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, luasnya dan mudahnya sistem pembayaran digital, serta cepatnya digital banking," kata Perry lagi.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Kiamat' Uang Kertas Beneran Nyata, BI Ungkap Ramalan Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular