Menguat Tipis Saja, Rupiah Sukses Hentikan Pelemahan 3 Hari
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mampu menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (21/12/2022). Indeks dolar AS yang merosot membuat rupiah mampu mencatat penguatan.
Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.590/US$, menguat 0,1% di pasar spot. Rupiah sukses menghentikan pelemahan dalam 3 hari beruntun.
Indeks dolar AS pada perdagangan Selasa merosot 0,72%, dan hingga sore ini kembali melemah tipis kurang dari 0,1%.
Kejutan dari bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) membuat indeks dolar merosot. BoJ memutuskan kemarin kembali untuk tetap mempertahankan suku bunga rendahnya di minus (-) 0,1%, tetapi kebijakan yield curve control (YCC) diperlebar menjadi 50 basis poin dari sebelumnya 25 basis poin.
YCC merupakan kebijakan BoJ yang menahan imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun dekat dengan 0%. Ketika yield mulai menjauhi 0% maka BoJ akan melakukan pembelian obligasi.
Pembelian tersebut artinya BoJ menyuntikkan likuiditas ke perekonomian.
Kini dengan YCC diperlebar menjadi 50 basis poin, kebijakan BoJ menjadi lebih fleksibel, likuiditas yang disuntikkan ke perekonomian menjadi lebih kecil.
Kurs yen langsung melesat hingga 3,8% pada perdagangan Selasa yang membuat indeks dolar AS tertekan.
Pasar kini menanti pengumuman suku bunga Bank Indonesia (BI) Kamis besok. Hasil survei Reuters menunjukkan BI juga akan mengendur dengan menaikkan 25 basis poin menjadi 5,5%. Konsensus yang dihimpun Trading Economics pun sama.
Konsensus yang dihimpun TIM Riset CNBC Indonesia juga menunjukkan suku bunga akan dikerek 25 basis poin. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, 12 lembaga/institusi memperkirakan hal tersebut, sementara dua lainnya melihat suku bunga akan dinaikkan 50 basis poin.
Sebagai catatan, BI sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 175 bps hanya dalam waktu empat bulan, masing-masing sebesar 25 bps pada Agustus, 50 bps pada September, 50 bps pada Oktober, dan 50 bps pada November.
Jika BI memberikan kejutan dengan menaikkan 50 basis poin, aliran modal asing tentunya bisa semakin deras masuk ke pasar SBN sehingga bisa mendongkrak kinerja rupiah.
Untuk diketahui, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), sejak November hingga 16 Agustus, terjadi capital inflow sebesar Rp 46,6 triliun.
Berbaliknya arah angin membuat total dana asing yang keluar sepanjang tahun ini berkurang menjadi Rp 131,5 triliun.
(pap/pap)