
Perhatian! Blue Chip Kasih Sinyal Window Dressing Dimulai

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah emiten blue chip Tanah Air, mencatatkan kinerja positif pada akhir sesi perdagangan terkerek oleh volume transaksi beli jumbo. Transaksi ini oleh analis disebut sebagai salah satu tanda-tanda windows dressing sedang terjadi di bursa domestik.
Window dressing sendiri merupakan istilah yang mengacu pada strategi dari manajer investasi untuk meningkatkan performa portfolio sebelum disajikan kepada klien atau pemegang saham. Istilah ini melekat pada akhir tahun, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada akhir kuartal.
Sepanjang bulan Desember tahun ini, investor pasar modal domestik gelisah terkait potensi windows dressing yang urung terjadi. Hal ini karena Indeks Harga Saham Gabungan mencatatkan kinerja negatif pada bulan terakhir dan memangkas kenaikan yang telah diakumulasi sepanjang tahun ini.
Sepanjang bulan Desember, IHSG hanya mampu menguat pada tiga hari perdagangan, dan ketiganya terjadi sepanjang pekan lalu. Jumat (16/12) akhir pekan lalu IHSG menguat 0,89% dan terkerek naik signifikan jelang akhir perdagangan.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto dalam cuitannya di akun Twitter pribadi menyebut bahwa kenaikan tajam di akhir sesi perdagangan merupakan salah satu tanda-tanda windows dressing.
"Salah satu tanda2 window dressing yg saya amati adalah kenaikan tajam di akhir penutupan bursa," tulis Rudiyanto.
Dirinya juga menjelaskan kenaikan tajam tersebut biasanya terjadi pada satu atau beberapa saham blue chip dengan bobotnya besar di pasar modal.
Transaksi Jumbo di Saham Blue Chip
Sepanjang pekan lalu, volume transaksi di saham Bank Mandiri (BMRI) relatif stabil pada setiap jam perdagangan, kecuali di sesi akhir perdagangan Jumat (16/12).
Pada akhir perdagangan terdapat order beli hingga 1,69 juta lot di saham BMRI. Dengan harga penawaran Rp 10.100 per saham, total transaksi beli dalam antrean mencapai Rp 1,71 triliun.
Catatan transaksi 1,69 juta lot dalam 5 menit perdagangan tersebut naik signifikan dari rerata volume transaksi per lima menit dalam sepekan terakhir di saham BMRI yang biasanya tercatat kurang dari 100 ribu lot per lima menit.
![]() Volume jumbo (batang hijau) pada akhir perdagangan BMRI |
Pada hari Jumat (16/12), saham BMRI ditutup menguat 2,02% dan mencatatkan transaksi terbesar di bursa senilai Rp 2,32 triliun dengan kenaikan 15,19% dari hari sebelumnya.
Nilai transaksi jumbo memang nyaris setiap hari didominasi oleh emiten raksasa blue chip, akan tetapi pada perdagangan Jumat (16/12) terlihat jelas kenaikan transaksi harian di emiten raksasa melampaui catatan emiten lain. BMRI dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mencatatkan pertumbuhan transaksi harian dua digit sedangkan Telkom Indonesia (TLKM) dan Bank Central Asia (BBCA) naik lebih dari 7%, dengan enam emiten lain dengan transaksi terbesar hanya naik kurang dari 4,10%. Keempat emiten tersebut juga mencatatkan nilai transaksi di atas Rp 1 triliun.
Senada dengan BMRI, saham Bank BRI juga terkerak signifikan pada akhir perdagangan dengan order beli di harga Rp 4.980 mencapai 2,44 juta lot atau setara dengan antrean transaksi Rp 1,22 triliun. Saham BBRI naik 1,43% pada perdagangan akhir pekan lalu.
![]() Volume jumbo (batang hijau) pada akhir perdagangan BBRI |
Duo emiten perbankan raksasa Tanah Air juga mencatatkan transaksi order beli jumbo di Tanah Air. Volume transaksi jelang lima menit akhir perdagangan pekan lalu Bank Negara Indonesia (BBNI) tercatat nyaris mencapai 130 ribu lot, naik signifikan dari biasanya kurang dari 40 ribu per lima menit sepanjang pekan. Untuk saham Bank Central Asia (BBCA), transaksi lima menit terakhir mencapai 600 ribu lot, dibandingkan volume transaksi rata-rata per lima menit pekan lalu sebanyak 60 ribu lot. Saham kedua perusahaan perbankan tersebut tercatat naik pada perdagangan Jumat.
Aksi volume jumbo ini tidak hanya terjadi di perusahaan finansial blue chip, perusahaan raksasa lain seperti Telkom Indonesia (TLKM) dan Astra Internasional (ASII) juga mencatatkan hal yang serupa. Saham TLKM ditutup menguat, sedangkan ASII ditutup di zona merah namun mampu memangkas pelemahan secara signifikan di akhir perdagangan.
![]() Volume jumbo (batang hijau) pada akhir perdagangan TLKM |
Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham BRI Diborong Asing, Tanda Window Dressing Akan Datang?
