IHSG Ambrol Lagi, 10 Saham Ini Jadi Beban

Market - Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
19 December 2022 11:46
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan sesi I, Senin, 19 Desember 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah. IHSG terpantau mengalami penurunan akibat ancaman resesi dunia. Penurunan ini juga dipengaruhi oleh melemahnya saham sektoral di Bursa Efek Indonesia.

IHSG ditutup di zona merah pada level 6786,99 atau turun sebesar 0,37%.

Berdasarkan data statistik RTI business, tercatat sebanyak 10 miliar saham diperdagangkan dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 569 ribu kali serta nilai perdagangan mencapai 5 Triliun.

Terdapat 189 saham mengalami koreksi, 322 saham menguat dan 179 lainnya konsisten tidak berubah.

Salah satu faktor pelemahan IHSG hari disebabkan tekanan resesi dunia yakni beberapa bank sentral utama mengumumkan kenaikan suku bunga pada Kamis (15/12/2022). Bank sentral AS (The Fed), Eropa (ECB), Inggris (BoE) dan Swiss (SNB) kompak menaikkan 50 basis poin.

The Fed tentunya menjadi yang paling berpengaruh. Sebagai bank sentral paling berkuasa di dunia, kebijakan moneter The Fed memicu volatilitas di pasar finansial.

Meski suku bunga yang dinaikkan The Fed lebih rendah dari sebelumnya yakni 75 basis poin 4 kali berturut-turut, namun proyeksi suku bunga ke depannya berada di kisaran 5% - 5,25% dan akan dipertahankan hingga 2024.

Alhasil, ancaman dunia resesi tahun depan kian nyata dan semakin dekat. Sentimen pelaku pasar pun memburuk, Wall Street (bursa saham AS) pun terus merosot setelah pengumuman tersebut.

Sebagai kiblat bursa saham dunia, kemerosotan Wall Street tentunya menjadi indikasi memburuknya sentimen pelaku pasar.

Indeks S&P 500 merosot 2% dalam sepekan. Sepanjang Desember, S&P 500 jeblok 5,6%. Indeks Dow Jones dan Nasdaq juga turun 1,7% dan 2,7% dalam sepekan.

Melemahnya Wall Street memengaruhi investor di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang kemungkinan akan cenderung menarik dana mereka dari pasar saham dan mengalihkannya ke instrumen investasi yang dianggap lebih aman. Sehingga menyebabkan terjadinya penurunan harga saham bursa tanah air.

Sementara itu, beberapa saham berkapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun secara mayoritas terkoreksi pada pagi hari ini yang turut membebani pergerakan IHSG.

Tiga saham emiten bank big cap terjumbo mengalami penurunan. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memimpin pelemahan sebesar 2,81% yang disusul PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang ambles 0,99% serta PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang turut menjadi beban turun 0,40%. Dilain sisi hanya BBCA yang terpantau menguat sebesar 0,87% dari keempat bank big cap.

Adapun deretan Top Losers pada perdagangan sesi I hari ini yakni

1. MINA (-6,58%)

2. GPSO (-6,45%)

3. MTPS (-6,25%)

4. KRYA (-6,25%)

5. BBRM (-4,82%)

6. WMPP (-4,44%)

7. BIPI (-4,40%)

8. AKRA (-6,35%)

9. ARTO (-3,94%), dan

10. BSBK (-3,88%)


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Belum Suram, APEI Sebut Pasar Modal Masih Bisa Tumbuh


(Muhammad Azwar/ayh)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading