
Menebak Arah BBRI Setelah Diam-diam Sentuh Rekor Tertinggi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengalami pelemahan setelah ditutup di level All Time High (ATH) kemarin, Rabu (14/12/2022).
Saham BBRI ditransaksikan di Rp 4.880 - 4.930 per unit hari ini, Kamis (15/12/2022). Hingga sesi I berakhir, harga saham BBRI ditutup melemah 1,41% di Rp 4.910/unit.
Sebanyak 66,63 juta saham BBRI ditransaksikan sebanyak 9.817 kali dengan nilai transaksi mencapai Rp 327 miliar sampai istirahat siang.
Saham BBRI sukses tembus ATH kemarin setelah menguat 0,2% di Rp 4.980/unit. Di sepanjang tahun ini harga saham BBRI bergerak uptrend dengan capital gain mencapai 19,5%.
Return yang dihasilkan dari kenaikan harga saham BBRI bahkan telah melampui capital gain BBCA yang year to date tercatat naik 17,5%. Padahal sebelumnya BBRI menjadi saham bank kakap yang paling lagging.
Dengan kinerja keuangan yang ditorehkan BBRI sepanjang 9 bulan 2022, maka bisa dibilang saham BBRI termasuk saham yang salah harga.
Hingga September 2022, laba bersih BBRI melonjak 106,1% secara year on year (yoy) menjadi Rp 39,3 triliun.
Apabila disetahunkan maka laba bersih BBRI berpotensi menjadi Rp 52,4 triliun di sepanjang tahun ini. Maka ada peluang laba bersih BBRI bisa naik 68,5% yoy tahun ini. Dengan begitu laba bersih BBRI berpotensi mencetak rekor tertingginya dalam sejarah.
Pendapatan bunga bersih BBRI melonjak 16,3% yoy diakibatkan karena pertumbuhan pendapatan bunga yang mencapai 9,2% yoy dan penurunan beban bunga yang mencapai 17% yoy.
Peningkatan pendapatan bunga diakibatkan karena BBRI berhasil menyalurkan kredit yang tumbuh 7,9% yoy terutama karena kredit segmen mikro dan peningkatan imbal hasil dari kredit (loan yield).
Di sisi lain penurunan beban bunga karena BBRI berhasil meraup pendanaan dengan biaya murah sehingga menekan Cost of Fund (CoF).
Struktur pendanaan atau deposit dari nasabah BBRI mayoritas disumbang oleh dana murah alias Current Account Saving Account (CASA) yang terdiri dari giro maupun tabungan. Proporsi CASA mencapai 65,43% dari Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga September 2022
Selain karena strategi alokasi aset yang optimal serta low cost funding, perbaikan kualitas aset BBRI membuat biaya pencadangan turun drastic sampai 27,9%.
Rasio kredit macet atau Non-Performing Loan (NPL) BBRI turun dari 3,27% per September 2021 menjadi 3,09% per September 2022. Dengan kinerja tersebut wajar jika laba bersih BBRI berhasil melesat tinggi sepanjang tahun ini.
Dengan laba bersih paling besar dan pertumbuhan laba yang paling tinggi dibandingkan dengan bank-bank lain wajar jika harga saham BBRI naik.
Pola uptrend BBRI masih terbuka. Apabila menggunakan metode Fibonacci Retracement Enhancement di 50% dan 100%, apresiasi saham BBRI berpotensi menyentuh harga Rp 5.090 dan Rp 5.200 per unitnya.
(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cukup Satu Sesi Perdagangan, Saham BBRI Cetak Rekor Tertinggi