Belum Apa-apa IHSG Turun 0,5% Lebih, Ternyata Ini Penyebabnya

Awar Muhammad, CNBC Indonesia
Kamis, 15/12/2022 09:21 WIB
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini Kamis (15/12/22) dibuka melemah melanjutkan tren perdagangan kemarin. Pukul 09.02 WIB, IHSG terlempar keluar zona psikologis 6.800 ke level 6.761,7. Pukul 09.03 IHSG turun 0,64%. IHSG terus berada di zona negatif ke level 6.757,57 atau turun 0,65% pada dua menit setelahnya.

Sepuluh menit berselang, IHSG kehilangan 52 poin atau setara 0,7% ke level 6.751. Bahkan, indeks sempat menyentuh titik terendah di level 6.742,59.

Tercatat sebanyak 9 miliar saham yang telah diperdagangkan diawal sesi I hari ini dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 72 ribu kali dan nilai perdagangan sekitar 5 triliun.


Berdasarkan data dari RTI Business, sebanyak 185 saham mengalami koreksi, 149 saham menguat dan 193 lainnya medatar.

Pada hari ini, pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street, setelah The Fed menaikkan kembali suku bunga acuannya.

Sejatinya, kenaikan suku bunga The Fed di pertemuan terakhir tahun 2022 sudah sesuai prediksi, di mana The Fed menaikkan kembali suku bunga acuannya sebesar 50 bp menjadi4,25% - 4,5%.

Namun yang membuat pasar kembali skeptis adalah pernyataan The Fed yang mengisyaratkan perlu lebih banyak data yang diperlukan sebelum The Fed mengubah sikaphawkish-nya dan pandangannya tentang inflasi secara signifikan.

Bersamaan dengan kenaikan tersebut, muncul indikasi bahwa para pejabat The Fed berharap untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi hingga tahun depan, tanpa pengurangan hingga 2024.

Tingkat terminal yang diharapkan, atau titik di mana para pejabat berharap untuk mengakhiri kenaikan suku bunga, ditetapkan pada 5,1%, menurut "dot plot" FOMC tentang harapan masing-masing anggota.

Beberapa waktu yang lalu, petinggi Bank Indonesia (BI), yakni Deputi Gubernur Senior, Destry Damayanti menyatakan bahwa kondisi dunia saat ini mengalami VUCA.

VUCA merupakan singkatan darivolatility,uncertainty,complexity, danambiguity. Singkatan ini menggambarkan kondisi dunia yang saat ini tengah kita rasakan, dimana terjadi perubahan yang sangat cepat, sulit diprediksi, dipengaruhi banyak faktor, dan realitas menjadi sangat subjektif.

Senada, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo juga mengingatkan adanya ancaman global yang akan terjadi pada tahun depan.

Adapun Indonesia akan terkena dampaknya. Hal ini karena Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbuka, sehingga dampak dari gejolak ekonomi global turut membawa dampak pada perekonomian Indonesia.

"Indonesia tak terlepas dari gejolak global yang dapat mengancam tekanan perlambatan ekonomi di Indonesia dan menimbulkan instabilitas pada perekonomian kita," jelas Dody dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Regional Kalimantan, dikutip Selasa (13/12/2022).

Meski begitu, BI menekankan bahwa semua risiko baik itu stagflasi dan reflasi masih bisa dimitigasi. Kuncinya adalah dengan mengkomunikasikan secara jelas arah kebijakan, sinergi, dan inovasi.

Selain The Fed, pasar juga bersiap dengan kebijakan suku bunga terbaru bank sentral lainnya yakni bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) dan bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB).


(RCI/dhf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat