
Wall Street Rebound, Bursa Asia Dibuka Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung menguat pada perdagangan Selasa (13/12/2022), menyusul cerahnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan Senin kemarin.
Hanya indeks Hang Seng Hong Kong yang dibuka di zona merah pada hari ini, yakni melemah 0,23%.
Sedangkan sisanya dibuka di zona hijau. Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka melesat 0,8%, Shanghai Composite China naik tipis 0,02%, Straits Times Singapura menguat 0,73%, ASX 200 Australia bertambah 0,44%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,5%.
Dari Australia, pengukur sentimen konsumen periode Desember 2022 terpantau naik, karena dampak dari siklus kenaikan suku bunga mulai berakhir dan daapt mengangkat prospek harga rumah.
Indeks sentimen konsumen atau indeks keyakinan konsumen menurut Westpac-Melbourne Institute yang dirilis pada hari ini naik 3,0% pada bulan ini, memulihkan beberapa penurunan tajam 6,9% pada November lalu. Namun, pembacaan indeks 80,3 menandai bahwa sentimen konsumen masih cenderung pesimis.
"Dalam kasus suku bunga, bahkan ada beberapa tanda bahwa berita tersebut dipandang sedikit kurang negatif, konsisten dengan anggapan bahwa sebagian besar siklus pengetatan suku bunga sekarang sudah berlalu," kata Bill Evans, kepala ekonom Westpac, dikutip dari Reuters.
Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) telah menaikkan suku bunga seperempat poin ke level tertinggi satu dekade sebesar 3,10% pada awal Desember, setelah naik terus menerus sejak Mei, ketika berada pada rekor terendah 0,1%.
Untuk responden dengan kepercayaan hipotek melonjak 11,3% dibandingkan dengan kenaikan 3,8% untuk penyewa dan penurunan 2,7% untuk mereka yang memiliki rumah langsung.
Indeks Westpac pada prospek harga rumah juga menunjukkan kenaikan tajam sebesar 27,6% pada bulan Desember, meskipun mayoritas masih menganggap ini saat yang buruk untuk membeli.
Sebuah survei terpisah dari ANZ menunjukkan kenaikan kecil minggu lalu, kepercayaan pertama kali meningkat setelah kenaikan suku bunga. Pengukuran bank terhadap pembelanjaan kartu elektronik juga menunjukkan ketahanan, dengan penjualan online tampaknya menarik banyak permintaan di bulan lalu.
Pergerakan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan hari ini cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street, pada perdagangan Senin kemarin, yang berhasil ditutup menguat.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melompat 1,58%, S&P 500 melonjak 1,43%, dan Nasdaq Composite melesat 1,26%.
Menghijaunya Wall Street kemarin terjadi di tengah sikap investor yang akan menanti rilis data inflasi pada pekan ini. Inflasi di tingkat konsumen (indeks harga konsumen/IHK) akan dirilis pada hari ini waktu setempat.
Konsensus pasar dalam polling Trading Economics memperkirakan IHK akan kembali melandai sedikit menjadi 7,3% (year-on-year/yoy) dan turun menjadi 0,3% (month-to-month/mtm). Sedangkan IHK inti juga akan melandai menjadi 6,1% (yoy).
Sebelumnya pada Oktober lalu, IHK AS dilaporkan melandai ke 7,7% (yoy) dibandingkan September (8,2%). Tetapi, IHK Oktober lalu masih jauh di atas target The Fed yakni 2%.
Inflasi akan menjadi pertimbangan utama bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menentukan kebijakan moneternya. Sehingga, perilisan IHK kali ini kembali akan dipantau secara ketat oleh The Fed.
Pasar juga akan memantaunya dengan ketat dari data IHK bulan lalu dan sekaligus untuk membuktikan bahwa The Fed memang benar-benar ingin mengurangi laju kenaikan suku bunga acuannya.
Setelah perilisan data IHK Negeri Paman Sam pada bulan lalu, pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed akan mengumumkan rapat kebijakan moneter terbarunya.
Konsensus pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bp) atau lebih rendah dari sebelumnya yang mencapai 75 bp. Namun, perkiraan ini tentunya akan melihat terlebih dahulu data inflasi per bulan lalu.
The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan secara agresif sebesar 375 bp sepanjang tahun ini menjadi 3,75-4,0%.
Selain itu, proyeksi ekonomi terbaru The Fed dan konferensi pers Ketua Jerome Powell juga akan ditunggu oleh pasar, di mana hal ini dapat menjadi sinyal utama untuk apa yang ingin dilakukan The Fed dalam beberapa bulan mendatang.
"Kondisi keuangan telah mereda secara dramatis sejak pembacaan IHK Oktober dirilis bulan lalu, sehingga The Fed kemungkinan akan menggunakan pertemuan FOMC Desember untuk mengembalikannya," kata Cliff Hodge, kepala investasi Cornerstone Wealth, dikutip dari CNBC International.
"Kami pikir pasar terlalu optimis pada suku bunga setelah kuartal pertama dan kami memperkirakan Powell akan mengambil nada yang lebih hawkish dan titik-titik tersebut menunjukkan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama daripada yang saat ini dihargai oleh pasar," tambah Hodge.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
