Jos! Rupiah Sukses Nanjak Saat Mata Uang Asia Rontok
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sukses menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Kamis (08/12/2022). Meski indeks dolar AS menguat dan menekan laju mayoritas mata uang di Asia.
Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah terapresiasi 0,29% ke Rp 15.590/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi 0,1% ke Rp 15.620/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Padahal, indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya, bergerak menguat 0,2% ke posisi 106,3. Namun, tidak mengurungkan penguatan Mata Uang Garuda.
Rilis data ekonomi AS terkait data ketenagakerjaan, jasa dan pabrik AS menunjukkan angka yang optimis, meski Federal Reserve/The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya dengan agresif di sepanjang tahun ini. Hal tersebut kian meningkatkan prediksi bahwa Fed akan mempertahankan kebijakan ketatnya dalam waktu yang lama.
"Ketidakpastian tentang prospek inflasi menunjukkan risiko tetap tinggi bahwa FOMC akan mempertahankan kebijakan pada tingkat restriktif lebih lama dan pada gilirannya menyeret ekonomi ke penurunan yang lebih dalam, menurunkan imbal hasil AS dan dolar semalam," kata Carol Kong, Ahli Strategi Commonwealth Bank of Australia, menulis dalam catatan klien dikutip Reuters.
"FOMC dapat menurunkan laju kenaikan suku bunga menjadi 50bp minggu depan, tetapi kecuali inflasi melambat secara konsisten, risiko kenaikan terhadap kebijakan FOMC tetap ada," tambahnya.
Investor global saat ini menantikan rilis data Indeks Harga Produsen (IHP) AS per November 2022, yang akan menguatkan prediksi mengenai arah kebijakan moneter Fed pada 13-14 Desember 2022.
Konsensus analis Trading Economics memprediksikan bahwa angka IHP akan melandai menjadi 7,2% secara tahunan dari bulan sebelumnya di 8%. Jika benar IHP melandai, tentu akan meningkatkan prediksi bahwa angka inflasi yang diukur dari Indeks Harga Konsumen (IHK) juga akan menurun.
Dari Tanah Air, Bank Indonesia (BI) telah merilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) per November 2022 yang berada di 1191,1, menandakan bahwa konsumen masih pada level optimis karena berada di atas 100.
"Terjaganya optimisme konsumen pada November 2022 ditopang oleh tetap kuatnya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) maupun Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE). Ekspektasi konsumen ke depan tetap kuat, ditopang terutama oleh ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja. Sementara itu, IKE tercatat masih pada area optimis meski sedikit menurun, sejalan dengan penurunan indeks penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja, maupun pembelian barang tahan lama," tulis Direktur Eksekutif BI Erwin Haryono pada rilisnya Kamis (08/12/2022).
Meski rupiah berhasil menguat, tapi mayoritas mata uang di Asia kompak tertekan. Di mana yen Jepang dan ringgit Malaysia terkoreksi paling banyak yang masing-masing sebesar 0,17% dan 0,14%.
Sementara hanya tiga mata uang yang sukses terapresiasi di hadapan dolar AS, yakni baht Thailand dan rupiah yang menguat masing-masing sebesar 0,43% dan 0,1%, serta dolar Hong Kong yang terapresiasi tipis 0,05% terhadap dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)