Bos BI 'Pede' Fenomena Strong Dollar AS Bakal Berlalu

Market - Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
05 December 2022 16:15
Gubernur Bi Perry Warjiyo (Tangkapan Layar Youtube ) Foto: Gubernur BI Perry Warjiyo (Ist)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) telah mengalami penguatan, bahkan IMF mencatat penguatan dolar memasuki level tertinggi sejak tahun 2000. Sampai kapan strong dollar AS akan terjadi?



Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan penguatan dolar AS akan segera berakhir.

Hal tersebut disampaikan Perry dalam Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2023 bertajuk 'Mengelola Ketidakpastian Ekonomi di Tahun Politik' yang diselenggarakan oleh Indef, Senin (5/12/2022).

Perry menjelaskan, indeks dolar (DXY) telah mencapai level 114. Sepanjang tahun ini tercatat dolar mengalami penguatan 25% secara tahunan (year on year).

Kendati demikian, saat ini pergerakan dolar AS mulai menunjukkan pelemahannya, dengan indeks melemah ke level 106.

"Ke depan dolar itu masih akan kuat, tergantung tingginya inflasi. Bagaimana The Fed akan menimbang antara kenaikan suku bunga dengan risiko resesi. Tapi, kami memperkirakan strong dollar akan berakhir," jelas Perry.

Adapun, BI mengungkapkan, fenomena suku bunga acuan yang tinggi akan berlangsung lama. Kenaikan suku bunga di AS dan Eropa, diperkirakan akan mencapai puncaknya 5% hingga kuartal I-2023.

"Skenario baseline kami adalah 5% pada triwulan I-2023 dan akan stay a bit longer high untuk sepanjang 2023. Ada skenario 5,25% peak-nya dan baru turun ke 5%... akan stay longer paling cepat turun 4,75% di akhir 2023," jelas Perry.

Seperti diketahui, dolar AS menguat terhadap hampir semua nilai tukar di banyak negara. Penyebabnya karena lonjakan inflasi dan pengetatan kebijakan moneter di banyak negara maju, terutama di AS.

Kebijakan kenaikan suku bunga yang agresif oleh The Federal Reserve mendorong kuatnya mata uang dolar AS dan naiknya yield US Treasury dengan tinggi.

Adapun ketegangan geopolitik dunia turut serta memperburuk fragmentasi dan prospek ekonomi serta keuangan global.

Sementara itu, dalam laporan terbarunya, Bank UOB mengungkapkan pergerakan nilai tukar rupiah di tahun depan diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh gejolak eksternal seperti resesi ekonomi yang akan terjadi di AS dan perlambatan ekonomi di China.

"Resesi ekonomi di negara maju dan kekhawatiran perlambatan China mulai meningkat lagi, IDR masih akan rentan terhadap penurunan lebih lanjut," jelas UOB dalam Quarterly Global Outlook Q1 2023, dikutip Senin (5/12/2022).

Bank UOB pun memproyeksikan posisi nilai tukar rupiah di tahun depan masih akan melemah, bahkan diperkirakan hingga mencapai di atas Rp 16.000/US$ di tahun depan.

Posisi rupiah diperkirakan akan menyentuh Rp 15.900/US$ pada kuartal I-2023, kemudian berlanjut hingga Rp 16.000/US$ pada kuartal II dan III-2023. Posisi rupiah kemudian masih akan mencapai Rp 16.200/US$ pada kuartal IV-2023.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Rupiah di Atas Rp 15.000/US$, Bahaya untuk RI?


(cap/cap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading