Sukses "Bantai" Dolar Pekan Lalu, Rupiah Bidik Rp 15.300/US$?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sepanjang pekan lalu sukses mencatat penguatan 1,5% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.425/US$.
Penguatan tajam rupiah terjadi setelah ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, menyatakan laju kenaikan suku bunga di bulan ini.
Selain itu, tanda-tanda rupiah akan menguat juga terindikasi dari capital inflow yang terjadi di pasar obligasi.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), sepanjang bulan November, investor asing melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder senilai Rp 23 triliun. Porsi kepemilikan asing pun meningkat menjadi Rp 736,93 triliun.
Inflow tersebut menjadi yang terbesar di tahun ini. Tercatat sejak awal tahun, inflow hanya terjadi pada Februari dan Agustus saja.
Tidak hanya di pasar sekunder, lelang obligasi yang dilakukan pemerintah juga kembali diminati investor asing.
Jumlah penawaran dari investor asing pada lelang Surat Utang Negara (SUN), Selasa (23/11/2022) kemarin mencapai Rp 6,4 triliun. Jumlah tersebut naik hampir dua kali lipat dibandingkan lelang sebelumnya yang tercatat Rp 3,62 triliun, dan naik tiga kali lipat dibandingkan pada lelang sebulan sebelumnya yakni 27September 2022 (Rp 1,7 triliun).
Ketika investor asing mulai masuk lagi ke dalam negeri, maka rupiah tentunya semakin bertenaga.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR sukses menembus ke bawah Rp 15.450/US$ terbukti menjadi support kuat. Penembusan tersebut masih tergolong weak breakout, tetapi jika mampu bertahan di bawahnya, rupiah ke depannya berpeluang terus menguat.
Level tersebut merupakan merupakan Fibonacci Retracement 38,2%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rp 15.450/US$ akan menjadi kunci pergerakan rupiah yang mampu menguat tajam kemarin.
Rupiah juga kembali menembus ke bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50). Sehingga peluang penguatan tentunya lebih besar.
Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak turun dan mendekati wilayah jenuh jual (oversold).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang belum mencapai wilayah oversold, artinya ruang penguatan rupiah masih terbuka.
Rp 15.450/US$ kini menjadi resisten terdekat. Selama tertahan di bawahnya rupiah berpeluang menguat ke 15.350/US$ hingga Rp 15.300/US$ di pekan ini.
Sementara jika kembali ke atas Rp 15.450/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 15.540/US$ hingga Rp 15.600/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
NPI RI Surplus, Rupiah Sanggup Hajar Trio Dolar Ini?
(pap/pap)