CNBC Indonesia Research

Kacau Strong Dolar! Bank Sentral 'Bakar Duit' Ribuan Triliun!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 December 2022 09:00
foto ilustrasi dollar
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan ada 5 persoalan yang membuat ekonomi global kacau balau ke depannya. Salah satunya yakni strong dolar atau dolar Amerika Serikat (AS) yang sangat kuat.

Perry mengungkapkan hal tersebut dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Rabu kemarin.

Fenomena strong dolar ini membuat nilai tukar rupiah merosot lebih dari 9% sepanjang tahun ini. Bahkan, melansir data Refinitiv, hampir semua mata uang di dunia ini jeblok berhadapan dengan dolar AS.

Guna menstabilkan rupiah, BI harus melakukan triple intervention, yakni intervensi di pasar spot, Surat Berharga Negara (SBN) dan pasar domestic non-deliverable forward (DNDF). Cadangan devisa yang dimiliki BI pun terkuras.

"Kami intervensi dalam jumlah yang besar. Cadangan devisa kami turun dari US$ 139,9 miliar menjadi sekitar US$ 130,1 miliar," papar Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (21/11/2022).

Artinya, untuk melakukan intervensi demi stabilitas rupiah, BI menghabiskan cadangan devisa sebesar US$ 8,8 miliar. Dengan asumsi kurs Rp 15.730/US$, artinya BI sudah "bakar duit" sekitar Rp 133 triliun.

"Bakar duit" yang dilakukan BI guna menstabilkan rupiah terbilang kecil jika dibandingkan bank sentral India.

Sejak perang Rusia-Ukraina meletus hingga Oktober lalu cadangan devisa bank sentral India merosot hingga US$ 100 miliar atau sekitar Rp1.570 triliun

"Ekonomi global sedang menghadapi badai yang baru," kata Shaktikanta Das, gubernur bank sentral India pada akhir Oktober lalu, sebagaimana dilansir New York Times.

Intervensi yang dilakukan sekitar 10 kali lipat ketimbang BI, tetapi nilai tukar rupee masih tetap merosot 8% sepanjang tahun ini.

Korea Selatan, Taiwan, Filipina, Vietnam, Malaysia dan Thailand sudah mengungkapkan melakukan intervensi mata uang.

Pada periode yang sama dengan India, cadangan devisa Korea Selatan juga menyusut sekitar US$ 47 miliar (Rp 737 triliun), menjadi US$ 414 miliar pada akhir Oktober.

Cadangan devisa Malaysia juga mengalami penurunan sekitar US$ 10 miliar (Rp 157 triliun), menjadi US$ 105 miliar.

Pemerintah Jepang juga tidak ketinggalan, melakukan intervensi untuk pertama kalinya sejak 1998 guna meredam kemerosotannya. Bahkan Kementerian Keuangan Jepang melaporkan pada Oktober lalu menggelontorkan US$ 43 miliar (Rp 675 triliun) untuk meredam kemerosotan yen yang menyentuh level terlemah sejak 1990.

Dari beberapa bank sentral yang disebutkan di atas saja menunjukkan lebih dari Rp 3.000 triliun "dibakar" guna menjaga nilai tukar mata uang agar tidak terpuruk makin dalam. Hal ini menunjukkan betapa ngerinya strong dolar.


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengumuman, Strong Dolar Gak Ngefek ke BRI! Ini Buktinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular