Rusuh di China, Rupiah Yang Merana!
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Senin (28/11/2022). Kerusuhan yang terjadi di China membuat sentimen pelaku pasar memburuk. Sebagai mata uang emerging market rupiah pun tertekan.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di Rp 14.685/US$ di pasar spot.
Seperti diketahui, demonstrasi besar-besaran di seluruh China terkait kebijakan pembatasan (lockdown) sebagai bagian dari strategi nol-Covid berujung bentrokan.
Ratusan pengunjuk rasa dan polisi bentrok di Shanghai pada Minggu (27/11/2022) malam ketika protes atas pembatasan Covid-19 yang ketat di China berlangsung untuk hari ketiga dan menyebar ke beberapa kota.
Gelombang protes sipil belum pernah terjadi sebelumnya di China daratan sejak Presiden Xi Jinping mengambil alih kekuasaan satu dekade lalu. Kini. warga diselimuti rasa frustrasi atas kebijakan nol-Covid dari Xi Jinping 3 tahun setelah pandemi merebak.
Sentimen pelaku pasar pun memburuk, terlihat dari rontoknya bursa saham Asia. Maklum saja, China merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, saat kerusuhan terjadi dan berdampak pada roda bisnis, maka negara lain akan terkena dampaknya.
Negeri Tiongkok juga merupakan mitra dagang utama Indonesia sehingga memberikan tekanan yang cukup besar.
Selain itu, serangkaian data ekonomi yang dirilis dari dalam negeri di pekan ini akan menjadi perhatian. Ada data aktivitas sektor manufaktur dan inflasi pada Kamis nanti.
Pada bulan lalu, S&P Global melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia tumbuh 51,8 pada Oktober. Meski turun cukup dalam dari bulan sebelumnya 53,7 tetapi masih berada di atas 50.
Angka di atas 50 artinya ekspansi, sementara di bawahnya adalah kontraksi.
Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Indonesia pada Oktober 2022 mencapai 5,71% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yaitu 5,95%.
Jika di pekan ini PMI manufaktur dilaporkan naik atau setidaknya masih di atas 50, dan inflasi kembali melandai, tentunya akan menjadi kabar bagus yang bisa mendongkrak kinerja rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)