Terkuak, Ini Calon Pemborong Rights Issue Bank Amar (AMAR)
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten bank digital, PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) akan melakukan penambahan modal melalui skema rights issue. Rencananya, perseroan akan menerbitkan 4,56 miliar atau porsi sebesar 24,81% dari modal ditempatkan dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Berdasarkan data prospektus, harga yang dipatok dengan harga pelaksanaan Rp 280 per unit. Tolaram Group nantinya berperan sebagai pembeli siaga.
Jumlah saham baru yang akan diterbitkan dalam Hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) tersebut akan dibagikan kepada para pemegang saham yang tercatat dalam daftar pemegang saham perseroan pada 6 Desember 2022. Setiap pemilik 100 saham lama AMAR akan memperoleh sebanyak 33 HMETD (100 : 33).
Setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sebanyak satu saham baru dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 280 per saham, yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan formulir pemesanan pembelian saham.
Melalui aksi korporasi ini, perseroan akan mendapatkan sana segar sebesar Rp 1,27 triliun. Nantinya dana tersebut akan digunakan perseroan untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum sebesar Rp 3 triliun hingga akhir tahun 2022.
Tolaram Group Inc. adalah pemegang saham utama perseroan sekaligus pemegang saham pengendali perseroan yang memiliki 2.410 miliar saham atau 30% kepemilikan dalam perseroan. Tolaram menyatakan kesanggupannya dalam rights issue ini akan melaksanakan seluruh HMETD sesuai dengan porsi.
Perusahaan juga menjelaskan apabila saham-saham yang ditawarkan tidak seluruhnya diambil oleh pemegang saham yang berhak maka sisanya akan dialokasikan kepada Pemegang Saham HMETD lainnya yang melakukan pemesanan lebih. Apabila setelah alokasi pemesanan saham tambahan masih terdapat sisa, AMAR menyebut bahwa Tolaram akan membeli seluruh sisa saham tersebut sebanyak-banyaknya 4.049.690.400 saham.
Siapa Tolaram Group Inc?
Berdasarkan website reminya, Tolaram Grup diketahui didirikan oleh Khanchand Vaswani, anak bungsu dari Seth Tolaram, dokter di SIndh, dahulu merupakan bagian dari British India dan sekarang berada di wilayah yurisdiksi Pakistan.
Khanchand dan keluarganya pindah ke Indonesia pada tahun 1948 sebagai pengungsi lalu setelah banting tulang berapa lama mampu mendirikan bisnis ritel di Malang yang menjual tekstil. Setelah bisnis diwariskan ke anaknya, Pada 1970-an, perusahaan mengarahkan pandangannya ke luar negeri dan memindahkan kantor pusatnya ke Singapura pada tahun 1975.
Selama beberapa dekade berikutnya, bisnis yang berkembang membawa Tolaram ke 18 negara di seluruh dunia, termasuk Afrika, Eropa, AS, dan bagian lain Asia.
Saat Tolaram memperingati lebih dari 70 tahun pertumbuhan, perjalanan bisnisnya berlanjut dengan usaha baru yaitu kemitraan dan pasar.
Tiga bisnis utama Tolaram adalah barang konsumer, layanan teknologi finansial serta infrastruktur dan industri.
Sebagian besar bisnis barang konsumernya berfokus di wilayah Afrika, begitu pula dengan bisnis perusahaan di sektor infrastruktur dan industri.
Sementara untuk sektor fintech, Tolaram secara khusus menyasar pasar negara berkembang (emerging market) dengan tiga perusahaan beroperasi di Indonesia dan satunya lagi beroperasi di Brazil.
Selain Bank Amar yang 30% sahamnya dikuasai Tolaram, perusahaan yang berkedudukan di Singapura tersebut juga memiliki dua platform fintech yang terafiliasi dengan Bank Amar yakni Tunaiku dan Senyumku.
Dalam website resminya Tunaiku mengklaim sebagai teknologi finansial pertama di Indonesia dan mulai beroperasi tahun 2014 yang bergerak menyediakan pinjam uang online tanpa agunan hingga Rp 20 juta.
Tolaram merupakan perusahaan tertutup dan tidak diperdagangkan secara langsung oleh publik. Tahun 2018 lalu, Bloomberg Quint memperkirakan valuasi Tolaram Group mencapai US$ 1,8 miliar atau setara dengan Rp 25,83 triliun (kurs Rp 14.350).
(rob/ayh)