
Covid Mengancam, Harga Minyak Mentah Terperosok 2%

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus Corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) yang menjangkiti China masih menjadi pemberat laju minyak mentah dunia.
Pada perdagangan akhir pekan lalu (25/11/2022) harga minyak Brent melorot 2% menjadi US$83,63 per barel. Sementara minyak mentah jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) anjlok 2,13% menjadi US$76,28 per barel.
Kekhawatiran para pelaku pasar mengenai strategi Zero Covid oleh China yang dapat membatasi permintaan minyak mentah tampak mulai terbukti.
Sebuah catatan dari ANZ menunjukkan strategi tersebut mulai memukul permintaan bahan bakar, dengan lalu lintas melayang turun dan permintaan minyak tersirat sekitar 1 juta barel per hari lebih rendah dari rata-rata.
China melaporkan 35.183 infeksi COVID-19 baru pada hari Jumat, 3.474 di antaranya bergejala dan 31.709 tidak menunjukkan gejala.
China sendiri adalah konsumen utama minyak mentah dunia. Menurut data BP Statistic pada 2021 konsumsi China mencapai 15,4 juta barel per hari atau 16,4% konsumsi dunia. Sehingga permintaan dari China dapat mempengaruhi gerak minyak mentah dunia.
Harga minyak juga melandai setelahnegara-negara Kelompok Tujuh (G7)dikabarkan telah sepakat mengenai pembatasan harga minyak mentah Rusia.Batas harga yang diusulkan kelompok negara kaya G7 adalah sebesar US$65-US$70 (sekitar Rp1 jutaan) per barel pada minyak Rusia.
Tujuan dari pembatasan harga adalah untuk menghilangkan pendapatan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mendanai serangan militer di Ukraina, tanpa menyebabkan gangguan besar pada pasar minyak global yang akan mendorong harga energi lebih tinggi.
Negara G7, termasuk Amerika Serikat, serta seluruh Uni Eropa dan Australia, berencana untuk menerapkan batasan harga pada ekspor minyak Rusia melalui laut pada 5 Desember.
"Pembatasan harga Rusia adalah katalis lain yang berfungsi untuk membuat harga lebih rendah selama beberapa saat terakhir," kata Bart Melek, kepala strategi pasar komoditas global di TD Securities, dikutip dariReuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras) Next Article Derita Pasar Minyak: Dari Cuan 78% Hanya Sisa 10% Saja
