Spekulan Akhirnya Jual Dolar, Rupiah Bisa Lari Kencang?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 November 2022 08:20
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Kamis kemarin. Penguatan rupiah berpeluang berlanjut pada perdagangan Jumat (25/11/2022), melihat indeks dolar AS yang kembali merosot.

Posisi spekulatif dolar AS terhadap mata uang utama kini berbalik menjadi net short (jual bersih). Artinya pelaku pasar lebih banyak mengambil posisi jual, hal ini bisa memberikan tekanan bagi dolar AS.

Berdasarkan data dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC), pada pekan yang berakhir 15 November, posisi dolar AS terhadap mata uang utama berbalik menjadi net short sebesar US$ 10,5 juta, dari pekan sebelumnya net long (beli bersih) US$ 2,36 miliar.

Posisi net short artinya lebih banyak investor mengambil posisi jual dolar AS melawan mata unag utama seperti yen, euro, poundsterling, franc Swiss, dolar Kanada dan lain-lain.

Berbaliknya posisi spekulatif tersebut akibat munculnya ekspektasi The Fed (bank sentral AS) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya setelah tingkat pengangguran mengalami kenaikan, dan inflasi menurun.


Secara teknikal, area Rp 15.450/US$ terbukti menjadi support kuat yang menahan penguatan rupiah yang disimbolkan USD/IDR.

Ketika menguat Jumat (11/11/2022) lalu, rupiah hanya mampu menguji saja, dan gagal melewatinya. Setelahnya rupiah berbalik merosot 5 hari beruntun pada pekan lalu.

Level tersebut merupakan merupakan Fibonacci Retracement 38,2% dan menjadi 'gerbang keterpurukan' bagi rupiah, selama tertahan di atasnya.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Rupiah sebelumnya terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).

Indikator Stochastic pada grafik harian kembali masuk wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

idrGrafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitiv

Stochastic pada grafik 1 jam, yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian, sudah bergerak naik setelah masuk ke wilayah jenuh jual.

Rupiah kini kembali ke bawah resisten di kisaran Rp 15.700/US$. Selama bertahan di bawahnya rupiah berpeluang menguat. Support terdekat berada di kisaran Rp 15.660/US$, jika ditembus rupiah berpeluang ke Rp 15.630/US$, sebelum menuju Rp 15.600/US$.

Namun, jika kembali ke atas Rp 15.700/US$, ada risiko rupiah melemah ke Rp 15.750/US$.


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular