
Wall Street Bikin IHSG Bangkit

Jakarta CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan kinerja ciamik pada penutupan perdagangan hari ini. IHSG ditutup menguat sebesar 0.33% ke level 7054.12 mengakhiri pelemahan yang terjadi di awal pekan ini.
Ragam sentimen eksternal seperti kasus covid-19 di China serta konflik geopolitik Rusia-Ukraina tak mempengaruhi IHSG. Sebaliknya Wall Street yang ditutup menguat pada perdagangan semalam nyatanya membuka peluang penguatan IHSG pada hari ini.
IHSG bergerak di zona hijau sepanjang perdagangan dengan rentang 7033.072-7089.7. Berdasarkan data dari RTI Business, total volume perdagangan saham pada penutupan sesi II mencapai 24.3 miliar dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 1.17 juta kali serta nilai kapitalisasi pasar senilai 11 triliun.
Mayoritas saham tercatat mengalami koreksi. Statistik perdagangan mencatat ada 255 saham yang melemah, 249 saham melemah dan 199 saham stagnan.
Penguatan IHSG hari ini mengikuti kinerja baik tiga indeks utama Wall Street yang kompak ditutup di sumringah pada perdagangan Selasa (22/11/2022) waktu New York. Wall Street mengabaikan pengetatan kebijakan Covid-19 di China dan memilih fokus pada sejumlah laporan pendapatan yang kuat serta potensi kenaikan suku bunga yang lebih kecil di masa depan.
Dow Jones Industrial Average ditutup 397,82 poin, atau 1,18%, S&P 500 naik 1,36% menjadi 4.003,58, ini merupakan penutupan pertama di atas level 4.000 sejak September. Sementara, Nasdaq Composite juga naik 1,36% menjadi 11.174,41.
Menguatnya Wall Street seakan mengabaikan kondisi China yang mengalami kematian pertamanya di daratan akibat Covid-19 sejak Mei selama akhir pekan. Sehingga, mendorong para pejabat untuk meningkatkan kembali protokol untuk mengekang penyebaran virus.
Seminggu yang lalu negara itu mulai melonggarkan beberapa tindakan Covid yang ketat, menuju kebijakan yang lebih longgar. Pembukaan kembali China akan menjadi "pertumbuhan yang sangat positif," menurut Seema Shah, kepala strategi global di Principal Asset Management.
"Seperti sebelumnya, investor harus memantau perkembangan dengan hati-hati karena pelaksanaan rencana pembukaan kembali yang setia akan menjadi kunci prospek investasi," katanya dalam catatan Selasa dikutip dari CNBC International.
Pada hari Senin (21/11), Presiden Fed Cleveland Loretta Mester telah mengatakan data inflasi baru-baru ini menjanjikan dan dia akan mendukung pengurangan kenaikan suku bunga ke depan. Itu bisa berarti bahwa Fed segera mencapai tingkat terminalnya, antara 4% dan 5%.
"Itu beban yang sangat besar di pundak investor yang sama sekali tidak punya tempat untuk bersembunyi tahun ini," kata Phil Camporeale, direktur pelaksana dan manajer portofolio di JP Morgan Asset Management di CNBC "Squawk on the Street".
(Awar Muhammad/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?