Mengekor Wall Street, IHSG Sesi I Ditutup Melesat 0,51%

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada penutupan perdagangan sesi I Rabu (23/11/2022), mengekor Wall Street yang ditutup ciamik pada perdagangan semalam di tengah penantian investor terhadap n sinyal-sinyal kenaikan suku bunga dari pejabat elit The Fed untuk periode Desember.
IHSG dibuka naik di posisi 7.030,63 dan ditutup di zona hijau dengan apresiasi 0,51% atau 35,91 poin, ke 7.066,49 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 6,52 triliun dengan melibatkan lebih dari 17 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 744.913 kali.
Melihat pergerakan perdagangan, selang 10 menit setelah perdagangan dibuka IHSG terpantau masih menguat 0,63% ke 7.074,68. Pukul 10:48 WIB indeks masih berada di zona hijau dengan apresiasi 0,57% ke 7.070,84 dan konsisten berada di zona hijau hingga penutupan perdagangan sesi I.
Level tertinggi berada di 7.089,69 sekitar pukul 10:00 WIB, sementara level terendah berada di 7.033,07 sesaat setelah perdagangan dibuka. Mayoritas saham siang ini terpantau mengalami penurunan.
Statistik perdagangan mencatat ada 263 saham yang mengalami penurunan dan 245saham yang naik, serta sisanya sebanyak 177 saham stagnan.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya siang ini, yakni mencapai Rp 353,2 miliar. Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 349,2 miliar dan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) di posisi ketiga sebesar Rp 226,2 miliar.
Menguatnya IHSG terjadi ketika sejalan dengan indeks utama bursa saham Amerika Serikat (AS) yang kompak ditutup di sumringah pada perdagangan Selasa (22/11/2022) waktu New York.
Wall Street mengabaikan pengetatan kebijakan Covid-19 di China dan memilih fokus pada sejumlah laporan pendapatan yang kuat serta potensi kenaikan suku bunga yang lebih kecil di masa depan.
Dow Jones Industrial Average ditutup 397,82 poin, atau 1,18%, S&P 500 naik 1,36% menjadi 4.003,58, ini merupakan penutupan pertama di atas level 4.000 sejak September. Sementara, Nasdaq Composite juga naik 1,36% menjadi 11.174,41.
Hasil pendapatan yang beragam menyebabkan beberapa pergerakan saham besar. Best Buy melonjak sekitar 12,8% setelah peritel elektronik itu menaikkan prospek fiskal 2023 dan mengalahkan ekspektasi pendapatan. Sementara Abercrombie & Fitch dan American Eagle Outfitters masing-masing naik 21,4% dan hampir 18,2% karena pendapatan mereka sendiri.
Di sisi lain, China lagi-lagi mengalami kematian pertamanya di daratan akibat Covid sejak Mei selama akhir pekan. Ini memicu kekhawatiran di kalangan investor bahwa negara itu dapat mengembalikan pembatasan yang dimaksudkan untuk memperlambat penyebaran virus, yang akan merugikan bisnis.
"Seperti sebelumnya, investor harus memantau perkembangan dengan hati-hati karena pelaksanaan rencana pembukaan kembali yang setia akan menjadi kunci prospek investasi," katanya dalam catatan Selasa dikutip dari CNBC International.
Selain itu, pergerakan pasar finansial tentu saja masih berkaitan dengan suku bunga. Saat ini pelaku pasar cenderung mencari kepastian dengan menimbang-nimbang berbagai pernyataan pejabat elit The Fed.
Pada hari Senin (21/11), Presiden Fed Cleveland Loretta Mester telah mengatakan data inflasi baru-baru ini menjanjikan dan dia akan mendukung pengurangan kenaikan suku bunga ke depan. Itu bisa berarti bahwa Fed segera mencapai tingkat terminalnya, antara 4% dan 5%.
"Itu beban yang sangat besar di pundak investor yang sama sekali tidak punya tempat untuk bersembunyi tahun ini," kata Phil Camporeale, direktur pelaksana dan manajer portofolio di JPMorgan Asset Management di CNBC "Squawk on the Street".
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitas suku bunga naik 50 basis poin (bps) menjadi 4,25% - 4,5% pada Desember kini sebesar 75,8%, sementara naik 25 bps menjadi 4,5 - 4,75% sebesar 24,2%.
Dari dalam negeri, setidaknya ada angin segar. Investor asing mulai melirik lagi pasar obligasi. Pada pekan lalu, Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun mengalami penguatan signifikan, yield-nya turun sebesar 15,7 basis poin menjadi 7,045%.
Yield SBN sudah turun dalam 3 pekan beruntun, dan investor asing banyak memborong di pasar sekunder.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, sepanjang bulan ini hingga 21 November, investor asing melakukan pembelian SBN di pasar sekunder senilai Rp 10 triliun. Porsi kepemilikan asing pun meningkat menjadi Rp 723,33 triliun.
Capital inflow yang terjadi merupakan kabar bagus, jika terus berlanjut bisa menjadi modal bagi rupiah untuk menguat. Inflow yang terjadi sepanjang bulan ini juga menjadi yang terbesar sepanjang 2022.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pertalite Mau Naik, IHSG Sesi I Drop Nyaris 1%
(aum/aum)