Stock Split, Bayan (BYAN) Tinggalkan Status Saham 'Termahal'
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tambang batu bara milik Low Tuck Kong PT Bayan Resources Tbk (BYAN) resmi mendapat restu dari pemegang saham untuk melakukan aksi korporasi pemecahan nominal saham (stock split).
Keputusan untuk melakukan stock split mendapat persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pekan lalu pada 17 November 2022. Nilai pemecahan nominal saham yang disepakati adalah 1:10.
Merespons disetujuinya aksi korporasi berupa stock split, harga saham BYAN bergerak naik. Sehari sebelum RUPSLB dilaksanakan harga saham BYAN ditutup di Rp 75.975/unit pada 16 November 2022.
Hingga kemarin (22/11/2022), harga saham BYAN ditutup di Rp 92.550/unit. Hanya dalam kurun waktu 4 hari saja harga saham BYAN sudah naik hampir 22%.
Secara nominal per unit, kini harga saham BYAN menjadi yang paling mahal di bursa saham domestik dimana untuk meminang satu lot saham BYAN diperlukan dana sebesar Rp 9.255.000.
Nilai kapitalisasi pasar BYAN pun melonjak menjadi Rp 308,5 triliun. Dengan begitu kini, BYAN menduduki posisi kelima sebagai perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di bursa lokal mengungguli PT Astra International Tbk (ASII).
Sebagai emiten tambang batu bara, BYAN diuntungkan dengan kenaikan harga batu bara global. Sepanjang tahun 2022, harga saham BYAN telah melesat 243%.
Selain harga sahamnya yang naik, kinerja keuangan BYAN juga naik drastis. Pendapatan BYAN selama 9 bulan tahun 2022 tercatat mencapai Rp 51 triliun, meningkat 2 kali dari pendapatan periode yang sama tahun 2021 yang hanya Rp 25 triliun.
Laba bersih BYAN mengalami kenaikan lebih fantastis lagi. Bottom line BYAN naik 2,7 kali atau 167% secara year on year (yoy) menjadi Rp 24,8 triliun per September 2022.
Namun yang unik dari saham BYAN adalah likuiditas transaksi di pasar sekunder cenderung rendah. Apalagi jika dibandingkan dengan saham emiten tambang batu bara lain seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Sebagai saham tambang batu hitam dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, rata-rata nilai perdagangan saham BYAN sepanjang 2022 hanya Rp 2,05 miliar per hari, kalah jauh dengan emiten tambang lainnya. Bahkan nilai transaksi saham BYAN merupakan yang paling rendah.
Saham | Market Cap (Rp Triliun) | Avg Daily Turnover (Rp Miliar) |
BYAN | 308.50 | 2.05 |
ADRO | 118.35 | 391.06 |
BUMI | 64.64 | 364.40 |
ITMG | 46.86 | 150.64 |
PTBA | 42.51 | 167.09 |
INDY | 14.85 | 88.62 |
Aksi korporasi stock split memang tidak mengubah valuasi atau berdampak material terhadap bisnis perseroan. Namun dengan adanya stock split, harga nominal saham menjadi lebih kecil sehingga diharapkan dapat lebih terjangkau dan meningkatkan likuiditas transaksi.
(trp)