CNBC Indonesia Research

Kebijkan BI Agresif, Masihkah Ekonomi RI Baik-Baik Saja?

Maesaroh, CNBC Indonesia
22 November 2022 15:55
Bank Indonesia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Lonjakan inflasi karena kenaikan harga BBM secara historis sangat berpengaruh terhadap laju konsumsi masyarakat dan pertumbuhan investasi Indonesia.

Kebijakan ketat BI pada 2013, langsung menurunkan pertumbuhan kredit, investasi, dan ekonomi. Ekonomi Indonesia yang semula tumbuh di kisaran 6,03% pada 2012 langsung melemah ke kisaran 5,55%.

Pertumbuhan investasi bahkan jeblok dari 7,55% (yoy) pada kuartal I-2013 menjadi 1,99% pada kuartal IV-2013. Rata-rata investasi hanya tumbuh 5,1% pada 2013 sementara pada 2012 mampu tumbuh 9,3%.

Merujuk pada Laporan Perekonomian Indonesia 2013, kredit pada 2013 juga melandai menjadi 21,6%pada 2013 dari 23,1% pada 2012.

"Kenaikan suku bunga kredit, di tengah penerapan strategi bauran kebijakan BI yang cenderung ketat serta perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik, memengaruhi pertumbuhan kredit pada 2013," tulis Bank Indonesia.

BI menjelaskan apabila menghilangkan faktor rupiah yang terdepresiasi, pertumbuhan kredit pada akhir 2013 hanya mencapai kisaran 18%.

Perlambatan pertumbuhan kredit terutama terjadi di sektor konsumsi khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) serta kredit kepada korporasi.

Kondisi berbeda terjadi pada 2018 di mana kenaikan suku bunga sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal tetapi tidak ada persoalan inflasi di dalam negeri.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya turun tipis dari 5,19% pada 2017 menjadi 5,17% pada 2018.

Pertumbuhan investasi bahkan meningkat dari 5,81% (yoy) pada kuartal II-2018 menjadi 6,14% pada kuartal IV-2018. Rata-rata investasi tumbuh 6,68%.  Pertumbuhan kredit perbankan juga meningkat dari 7% pada Januari 2018 menjadi 11,7% pada Desember 2018.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular