Newsletter

Wall Street Kembali 'Berdarah', IHSG Semoga Kuat...

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
22 November 2022 06:10
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Awal pekan ini, pasar keuangan Tanah Air kembali bervariasi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi, rupiah gagal menjaga momentum penguatan, serta imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat.

IHSG berakhir di zona merah dengan koreksi 0,27% atau 18,93 poin ke 7.063,25 pada perdagangan Senin (21/11/2022). Pelemahan IHSG kemarin selaras dengan pergerakan mayoritas bursa utama Asia lainnya yang juga berakhir di zona merah, kecuali indeks acuan Tokyo Nikkei 225 yang mampu catat penguatan 0,16%.

Pada perdagangan kemarin, IHSG memang minim sentimen positif karena investor masih menunggu sejumlah data makroekonomi penting yang akan dirilis pekan ini.

Sementara itu, sektor teknologi memimpin perlemahan dan diikuti oleh finansial, konsumen non-primer, dan barang baku.

Nilai transaksi IHSG kemarin mencapai Rp 9,3 triliun dan melibatkan 23,5 miliar saham dan berpindah tangan 1,15 juta kali. Investor asing juga tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 151,26 miliar di pasar reguler.

Selanjutnya, Mata uang Garuda juga keok melawan dolar dan berakhir melemah 0,19% ke Rp 15.715/US$, meskipun sempat terapresiasi pada awal perdagangan. Rupiah melanjutkan kinerja negatif sejak pekan lalu. Dengan demikian, rupiah sudah melemah dalam 6 hari beruntun.

Terakhir, Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Senin (21/11/2022), di tengah ketidakpastian tentang kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).

Investor ramai memburu SBN ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di seluruh tenor SBN acuan.

Berdasarkan data dari Refinitiv, SBN tenor 20 tahun menjadi yang paling besar penurunan yield-nya pada hari ini, yakni merosot 14,7 basis poin (bp) ke posisi 7,187%.

Sedangkan untuk SBN berjangka waktu 30 tahun menjadi yang paling kecil penurunan yield-nya pada hari ini, yakni turun 4,6 bp ke 7,486%.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) melandai 11,1 bp menjadi 7,074%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Tiga indeks utama Wall Street kompak ditutup di zona merah pada perdagangan perdana awal pekan Senin (22/11/2022) waktu New York.

S&P 500 tergelincir 0,4%, sedangkan indeks padat teknologi Nasdaq turun 1,02%, sedangkan Dow Jones Industrial Average turun  43 poin atau 0,13%, meskipun penurunan indeks dimitigasi oleh lonjakan saham Disney.

Saham Disney naik lebih dari 7% setelah perusahaan mengumumkan bahwa mantan CEO Bob Iger akan kembali memimpin raksasa hiburan itu, segera menggantikan Bob Chapek. Kembalinya Iger ke Disney mengakhiri masa jabatan singkat dan sulit bagi Chapek, yang mengambil alih peran CEO pada Februari 2020.

Sementara, kekhawatiran bahwa China akan kembali meningkatkan pembatasan Covid-19 setelah melaporkan kematian akibat virus turut membebani pasar. Ini membuat saham energi dan harga minyak lebih rendah. Pedagang juga mencari sinyal lebih lanjut dari Federal Reserve tentang kenaikan suku bunga di masa depan.

"Hal itu mengurangi kisah pemulihan ekonomi global yang kami harap akan diantar dengan pembukaan kembali di China," kata Art Hogan, kepala strategi pasar di B. Riley Financial dikutip CNBC International.

Reli bear market baru-baru ini kemungkinan akan tertahan karena minggu perdagangan yang lebih pendek untuk 'Thanksgiving Holiday', yang mungkin melihat peningkatan volatilitas dan volume yang lebih rendah karena para pelaku pasar akan mengambil cuti.

Saat ini, investor terus memantau pesan dari pejabat Federal Reserve setelah minggu lalu ketika mereka menilai kembali optimisme mereka seputar kemungkinan perlambatan inflasi.

Pada hari Senin (22/11/2022), Presiden Fed Cleveland Loretta Mester menegaskan kembali bahwa kenaikan suku bunga akan berlanjut, tetapi mungkin lebih kecil ke depannya.

Hari ini, investor  kembali menantikan sinyal pejabat The Fed untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang jalur bank sentral ke depan ketika Presiden Fed St. Louis James Bullard pada pidatonya hari ini.

"Dengan 375 basis poin kenaikan suku bunga Fed sejauh ini, kurva imbal hasil terbalik, lonjakan inflasi, dan harga komoditas masih menjadi bagian dari narasi, kita semua dapat menyimpulkan bahwa kita terlambat dalam siklus ekonomi," Liz Young, SoFi's kepala strategi investasi, mengatakan dalam sebuah catatannya.

Bursa Efek New York akan ditutup pada hari Kamis untuk Thanksgiving, dan hari perdagangan akan dipersingkat pada hari Jumat. Minggu ini, investor akan mencerna pidato lebih lanjut dari para pemimpin Federal Reserve serta laporan pendapatan dari Best Buy, Nordstrom, Dick's Sporting Goods, dan Dollar Tree.

Pelaku pasar patut menyimak sejumlah isu penting yang dapat menjadi sentimen pasar utama hari ini. Pada dasarnya, pasar keuangan  sampai saat ini masih dibayangi oleh ragam sentimen eksternal yang akarnya dari ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina serta perkembangan Covid-19 di China.

IHSG masih menunjukkan upaya untuk keluar dari rentang konsolidasi wajarnya, sedangkan sinyal kenaikan  suku bunga, fluktuasi nilai tukar rupiah dan harga komoditas masih akan memberikan sentimen terhadap pergerakan IHSG ke depan.

Wall Street yang ditutup ambrol pada perdagangan  awal pekan ini tentunya membuka peluang perlemahan IHSG pada hari ini.

Investor dikhawatirkan dengan kondisi China yang akan kembali meningkatkan pembatasan Covid-19 setelah melaporkan kematian akibat virus turut membebani pasar. Ini membuat saham energi dan harga minyak lebih rendah.

Selain itu, pergerakan pasar finansial tentu saja masih berkaitan dengan suku bunga. Saat ini pelaku pasar cenderung mencari kepastian dengan menimbang-nimbang berbagai pernyataan pejabat elit The Fed.

Pada Senin (22/11/2022), Presiden Fed Cleveland Loretta Mester menegaskan kembali bahwa kenaikan suku bunga akan berlanjut, tetapi mungkin lebih kecil ke depannya.

 "Dengan 375 basis poin kenaikan suku bunga Fed sejauh ini, kurva imbal hasil terbalik, lonjakan inflasi, dan harga komoditas masih menjadi bagian dari narasi, kita semua dapat menyimpulkan bahwa kita terlambat dalam siklus ekonomi," Liz Young, SoFi's kepala strategi investasi, mengatakan dalam sebuah catatannya.

Hari ini, investor  kembali menantikan sinyal pejabat The Fed untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang jalur bank sentral ke depan ketika Presiden Fed St. Louis James Bullard pada pidatonya hari ini.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitas suku bunga naik 50 basis poin (bps) menjadi 4,25% - 4,5% pada Desember kini sebesar 75,8%, sementara naik 25 bps menjadi 4,5% - 4,75% sebesar 24,2%.

Pasar kembali menebak-nebak, apakah The Fed masih akan terus agresif atau mulai mengendur. Saat pelaku pasar percaya bahwa The Fed akan tetap agresif, perdagangan saham-saham yang rentan terhadap resesi dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi patut dicermati.

Selain The Fed, beberapa bank sentral utama dunia juga mengambil langkah yang sama menaikkan suku bunga agresif. Bahkan, kenyataannya langkah yang diambil bank sentral lah yang membawa perekonomian mengalami kontraksi atau minus dalam beberapa kuartal berturut-turut.

Begitupula Indonesia, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, arah suku bunga acuan dengan level tinggi akan berlangsung lama. Arah bacaan suku bunga acuan tinggi merujuk pada kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve dan bank sentral negara maju lainnya.

Di AS kenaikan fed fund rate (FFR) pada bulan ini sebesar 75 basis point (bps) menjadi 4%, kemungkinan pada Desember 2022 akan naik lagi 50 bps menjadi 4,5% hingga 5% pada tahun depan.

Sementara itu, Eropa Central Bank (ECB) juga terus menaikkan suku bunga, dan kenaikan suku bunga acuan juga akan dilakukan oleh otoritas moneter di Inggris. Kendati demikian, kenaikan suku bunga acuan di banyak negara maju tersebut membuat BI juga pesimis bahwa inflasi akan menurun.

Dari dalam negeri, investor juga patut mencermati pergerakan rupiah. Pelemahan rupiah bisa berdampak besar ke sektor riil, pasar finansial, hingga ke anggaran belanja pemerintah.

Dari sektor finansial sudah jelas, stabilitas rupiah menjadi penting untuk menjaga daya tarik ke investor asing. Rupiah yang stabil membuat investor asing lebih nyaman mengalirkan modalnya ke dalam negeri, karena risiko kurs yang rendah.

Beberapa emiten di lantai bursa juga terpapar risiko negatif, utamanya yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS tinggi, serta yang mengandalkan bahan baku impor, atau barang impor.

Meski begitu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimis bahwa nilai tukar akan kembali menguat dalam waktu dekat karena fundamental ekonomi dalam negeri secara keseluruhan masih dalam kondisi prima.

Seperti yang diketahui, indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hingga kuartal III - 2022 masih mampu tumbuh 5,72%, lebih tinggi dari pertumbuhan kuartal II-2022 sebesar 5,45%. Data ekonomi yang masih baik setidaknya bisa menjadi angin segar dan harapan bagi pasar keuangan Tanah Air.

Selain itu, kabar positif juga datang dari Surat Berharga Negara (SBN). Yield SBN sudah turun dalam 3 pekan beruntun. Artinya SBN mulai menarik lagi bagi investor, khususnya asing.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, sepanjang bulan ini hingga 15 November, investor asing melakukan pembelian SBN di pasar sekunder senilai Rp 8,8 triliun.

Hal itu tentunya menjadi kabar baik, sebab sejak awal tahun ini terjadi aksi jual yang sangat masif.

Berikut beberapa data ekonomi penting yang akan dirilis hari ini:

  • Rilis data IKK Korea Selatan (04:00)
  • Pidato Pejabat RBA Australia (02:00)
  • Rilis data IKK Zona Eropa periode November (10:00)
  • Pidato Pejabat The Fed (11:00)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

Musim laporan keuangan untuk kuartal ketiga baru dimulai akhir bulan lalu dan masih berlangsung dengan satu per satu perusahaan mulai melaporkan kinerja keuangan sembilan bulan terakhir. Selain pelaporan kinerja keuangan, terdapat beberapa agenda korporasi yakni :

  • Pemberitahuan RUPS Rencana PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA)
  • Pemberitahuan RUPS Rencana Golden Energu Mines Tbk (GEMS)
  • Tanggal Pembayaran Dividen Tunai Interim Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
  • Pemberitahuan RUPS Rencana PT Jasnita Telekomunindo Tbk (JAST)
  • Pemberitahuan RUPS Rencana PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk (LIFE)
  • Tanggal cum Dividen Tunai PT Link Net Tbk (LINK)
  • Tanggal cum Dividen Tunai Interim PT Prima Andalan Mandiri Tbk (MCOL)

Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular