CNBC Indonesia Research

Ini Saham-saham Langganan Window Dressing, Tertarik Beli?

Market - Putra, CNBC Indonesia
22 November 2022 06:45
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bulan Desember tinggal menghitung hari. Bagi investor saham, Desember identik dengan fenomena window dressing yang menjadi kunci cuan dan kinclongnya portofolio manajer investasi akhir tahun.

Istilah window dressing sendiri mengacu pada strategi dari manajer investasi untuk meningkatkan performa portfolio sebelum disajikan kepada klien atau pemegang saham. Istilah ini melekat pada akhir tahun, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada akhir kuartal.

Para manajer investasi masuk secara besar-besaran di penghujung tahun ke saham-saham top holdingnya agar harganya naik sehingga portofolio sang fund manager terlihat memiliki kinerja yang apik.

Sejarah mencatat, kinerja bulanan IHSG di setiap bulan Desember selalu positif. Sejak tahun 2002-2021 atau dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, IHSG tak pernah jatuh ke zona merah.

Median return bulanan IHSG di Desember mencapai 4,05%. Return tertinggi tercatat pada Desember 2003 dengan kinerja mencapai 12,12%.

Sementara itu kinerja IHSG terendah di bulan Desember tercatat pada tahun 2013 yang hanya membukukan return 0,42%.

Biasanya saham-saham yang menjadi incaran dari fenomena ini adalah saham-saham yang masuk kategori blue chip.

Saham-saham blue chip di Indonesia setidaknya bisa dilihat dari konstituen indeks IDX30. Namun tidak semua emiten konstituen IDX30 sudah lama melantai di bursa domestik.

Di sisi lain, nilai kapitalisasi pasarnya jug banyak yang berada di bawah Rp 100 triliun. Biasanya para fund manager cenderung memiliki bobot saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo yang besar dalam portofolionya, sehingga saham-saham tersebutlah yang berpotensi terkena angin segar window dressing.

Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, setidaknya ada 10 saham konstituen IDX30 dengan market cap lebih dari Rp 100 triliun yang patut dicermati investor karena secara seasonality, memiliki probabilitas kinerja bulanan positif lebih dari 50%. Berikut ini daftarnya :

WindressFoto: Windress
Windress

Dari data di atas tampak bahwa saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) paling unggul karena memiliki probabilitas menguat sampai 90%.

Namun dari sisi rata-rata return bulanannya paling kecil yaitu 2,6% selama Desember dalam 10 tahun terakhir. Saham TLKM termasuk saham defensif dan cocok untuk investor yang cenderung tidak terlalu agresif.

Sementara itu saham dengan rata-rata return paling tinggi adalah saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dengan kinerja bulanan mencapai 13,5%.

Namun probabilitas menguatnya hanya 70% dan pergerakan return-nya cenderung paling volatil. Di tambah lagi kenaikan yang tinggi diakibatkan oleh return pada 2020 ketika saham-saham teknologi menjadi primadona.

Untuk beberapa saham seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR) memiliki probabilitas menguat 80% dengan rata-rata return bulanan di setiap Desember sebesar 3,5-4,7%.

Duo saham BUMN lain yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memiliki probabilitas menguat 70% dengan kisaran rata-rata gain bulanan di Desember mencapai 4-4,2%.

Sedangkan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) memiliki peluang menguat yang sama yaitu 70%, tetapi dengan rata-rata gain 3,9%.

Terakhir ada saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang memiliki probabilitas menguat paling rendah yaitu 60% tetapi dari sisi capital gain bisa dibilang tertinggi kedua setelah EMTK yaitu 8,1%.

Meskipun kinerja di masa lampau tidak menjadi jaminan bagi kinerja di masa depan, tetapi pola historis yang terbentuk dapat dijadikan pertimbangan untuk strategi investasi.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?


(trp/trp)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading