Peluit Kick Off Berbunyi, IHSG Dibuka Hijau Tipis

Putra, CNBC Indonesia
21 November 2022 09:11
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat mengawali perdagangan perdana pekan ini, Senin (21/11/2022).

IHSG terpantau naik tipis 0,04% di 7.084,24 pada 09.05 WIB. IHSG masih bergerak di rentang 7.000-7.100.

Tiga indeks utama Wall Street atau bursa saham Amerika Serikat (AS) kompak ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan lalu. Para pelaku pasar tengah mencerna data ekonomi terbaru dan mengabaikan komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve (Fed) tentang kenaikan suku bunga.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 199,37 poin atau 0,59%, pada 33.745,69. Indeks S&P 500 bertambah 18,78 poin atau 0,48%, menjadi 3.965,34. Indeks Komposit Nasdaq naik tipis 1,10 poin atau 0,01%, ke posisi 11.146,06.

Adapun sepanjang pekan lalu, Dow Jones turun kurang dari 0,01%, Indeks S&P 500 terkoreksi 0,7%, dan Indeks Nasdaq melemah 1,6%.

Para pelakupasar saham siap memasuki musimwindow dressingjelang akhir tahun 2022.Window dressingmerupakan istilah yang digunakan oleh investor, dimana ada dugaan emiten ataupun manajer investasi memoles kinerja pada akhir tahun.

Untuk pekan ini, ada sejumlah sentimen penting patut disimak oleh investor dan pelaku pasar.Wall Street yang ditutup sumringah pada perdagangan Jumat pekan lalu tentunya membuka peluang penguatan IHSG pada hari ini.

Namun suku bunga masih menjadi perhatian utama pelaku pasar. Menjelang keputusan kebijakan The Fed pada 14 Desember mendatang pelaku pasar tentunya menunggu, mengamati, hingga mencerna berbagai pernyataan pejabat The Fed berkaitan dengan sinyal kenaikan suku bunga.

Beberapa waktu lalu,pejabat The Fed mengisyaratkan kenaikan siklus terbaru untuk memperlambat inflasi masih tidak terkontrol. Sejak Kamis pekan lalu, Presiden Federal Reserve St Louis James Bullard mengatakan dalam pidatonya Kamis bahwa "tingkat kebijakan belum berada di zona yang dapat dianggap cukup membatasi (tingginya inflasi)."

Sementara The Conference Board yang berbasis di New York mengatakan Indeks Ekonomi Utama AS turun selama delapan bulan berturut-turut pada Oktober, "menunjukkan ekonomi mungkin dalam resesi."

Pemimpin The Fed Boston Susan Collins juga mengatakan bahwa dengan sedikit bukti tekanan harga berkurang, The Fed mungkin perlu memberikan kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi ketika berupaya mengendalikan inflasi.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitas suku bunga naik 50 basis poin (bps) menjadi 4,25% - 4,5% pada Desember kini sebesar 75,8%, sementara naik 25 bps menjadi 4,5 - 4,75% sebesar 24,2%.

Saat pelaku pasar percaya bahwa The Fed akan tetap agresif, perdagangan saham-sahamyang rentan terhadap resesi dan tingkat suku bunga yang lebih tinggipatut dicermati.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) juga mengakui sulit untuk menghindarkan perekonomian dari resesi atau soft landing.

Powell menambahkan untuk bisa menghindarkan perekonomian AS dari resesi di 2023 adalah pekerjaan yang sangat berat, sebab suku bunga masih perlu dinaikkan tinggi guna meredam inflasi.


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular