
Jelang Akhir Pekan, IHSG Ditarik Ke Zona Hijau! Menguat 0,54%

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada penutupan perdagangan sesi I Jumat (18/11/2022), para pelaku pasar tengah mencermati kebijakan Bank Indonesia (BI) yang kemarin memutuskan menaikkan suku bunga acuannya ke 5,25%. Sementara, ada sentimen positif dari kinerja transaksi berjalan RI.
IHSG dibuka naik 0,2% ke posisi 7.058,86 dan ditutup di zona hijau dengan apresiasi 0,54% atau 38,07 poin, ke 7.083,06 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun ke Rp 5,8 triliun dengan melibatkan lebih dari 19 miliar saham yang berpindah tangan 719 kali.
Melihat pergerakan perdagangan, pergerakan IHSG sempat galau, selang 1 menit setelah pembukaan IHSG langsung drop 0,03% ke 7.043,15. Pukul 09:10 WIB IHSG terpantau berbalik arah menguat 0,26% ke 7.063,27. Menjelang pukul 10:00 WIB indeks sempat menapaki zona merah. Namun sesaat kemudian kembali ke zona hijau hingga penutupan perdagangan sesi I.
Level tertinggi berada di 7.083,65 sesaat sebelum perdagangan ditutup, sementara level terendah berada di 7.027,45 sesaat setelah perdagangan dibuka. Mayoritas saham siang ini terpantau masih mengalami penurunan.
Statistik perdagangan mencatat ada 250 saham yang melemah dan hanya 222 saham yang mengalami kenaikan, serta sisanya sebanyak 214 saham stagnan.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya siang ini, yakni mencapai Rp 346,1 miliar. Sedangkan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 298,8 miliar dan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) di posisi ketiga sebesar Rp 258,7 miliar.
Pergerakan IHSG cenderung bergerak sideways sepanjang pekan ini tampaknya kembali antusias setelah BI mengumumkan siklus baru pengetatan kebijakan moneter, sehingga IHSG mampu ditutup menguat.
Sebelumnya, pelaku pasar terlihat waswas dan tidak mampu membawa IHSG naik signifikan, meskipun terdapat sejumlah sentimen positif baik dari data makroekonomi hingga perhelatan KTT G-20
Penguatan IHSG terjadi ketika tiga indeks utama Wall Street kompak ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis (17/11/2022) karena investor mencerna potensi lonjakan suku bunga setelah pejabat The Fed mengisyaratkan kenaikan siklus terbaru untuk memperlambat inflasi masih tidak terkontrol.
Dow Jones Industrial Average tergelincir 8 poin atau turun 0,02%. S&P 500 tergelincir 0,31%, sedangkan indeks padat teknologi Nasdaq turun 0,35%.
Presiden Federal Reserve St Louis James Bullard mengatakan dalam pidatonya Kamis bahwa "tingkat kebijakan belum berada di zona yang dapat dianggap cukup membatasi tingginya inflasi."
"Perubahan sikap kebijakan moneter tampaknya hanya memiliki efek terbatas pada inflasi yang diamati, tetapi kondisi pasar menunjukkan penurunan inflasi diperkirakan terjadi pada 2023," tambah Bullard
Saham yang rentan terhadap resesi dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi diperdagangkan terkoreksi. Harga saham material mengalami penurunan, begitu pula saham konsumen.
Pengetatan moneter tambahan dan dampak kumulatif dari kenaikan suku bunga tahun ini menunjukkan risiko resesi tetap tinggi, tulis Mark Haefele, kepala investasi UBS Global Wealth Management, dalam sebuah catatan dilansir CNBC International.
Dari dalam negeri, investor saat ini masih menyimak dan mencerna hasil keputusan BI kemarin beserta implikasinya bagi masing-masing sektor dan tiap emiten secara lebih spesifik.
Kemarin, BI mengumumkan kenaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis points (bps) menjadi 5,25%.
Keputusan ini merupakan siklus keempat beruntun. Secara kumulatif BI telah menaikkan suku bunga 175 bps dalam empat bulan. Sebelumnya BI telah mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Agustus, 50 bps pada September, dan 50 bps pada Oktober.
Kenaikan 175 bps dalam kurun waktu empat bulan pada 2022 adalah yang paling agresif sejak 2005 atau tahun pertama di mana BI mengenalkan kebijakan moneter sebagai kerangka kebijakan moneter Inflation Targeting Framework (ITF)) pada 1 Juli 2005.
MH Thamrin sebelumnya juga pernah menaikkan suku bunga secara agresif pada 2008, 2013, dan 2018. Namun, suku bunga dinaikkan secara bertahap dan belum pernah dikerek sebanyak 50 bps dalam tiga bulan beruntun.
Sinyal positif juga datang dari kinerja transaksi berjalan pada kuartal III-2022 kembali mencatatkan surplus sebesar US$ 4,4 miliar dolar atau 1,3% dari produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yakni US$ 4 miliar atau 1,2% dari PDB.
Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, surplus transaksi berjalan pada kuartal III-2022 merupakan yang tertinggi sejak kuartal III-2021, seperti dikutip melalui laporan Bank Indonesia (BI), Jumat (18/11/2022). Pada kuartal III-2021, surplus transaksi berjalan mencapai US$ 4,96 miliar atau 1,65% PDB.
BI menyebut, membaiknya kinerja transaksi berjalan tersebut bersumber dari peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas seiring dengan tetap kuatnya permintaan ekspor dari negara mitra dagang dan harga komoditas global yang masih tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Dibuka Meyakinkan, Balik ke Level 7.300
