IHSG Sedikit Galau Di Awal Sesi I, Ada Apa?

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
18 November 2022 09:14
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka cenderung menguat pada awal perdagangan sesi I Jumat (18/11 /2022), di mana investor masih mencerna keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali menaikkan suku bunga acuannya kemarin.

Pada pembukaan perdagangan sesi I hari ini, IHSG dibuka menguat 0,2% ke posisi 7.058,86. Selang 10 menit setelah dibuka, IHSG makin menguat yakni 0,26% ke 7.063,27. Namun, IHSG sempat menyentuh zona merah tipis sekitar 1-5 menit setelah dibuka.

Nilai transaksi indeks pada awal perdagangan sesi I hari ini mencapai sekitaran Rp 642,48 miliar. Sudah sebanyak 163 saham menguat, 165 saham melemah dan 213 saham stagnan.

IHSG yang 'galau' di awal perdagangan sesi I terjadi di tengah cerahnya bursa Asia-Pasifik pada pagi hari ini.

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka menguat 0,26%, Hang Seng Hong Kong melonjak 1,54%, Shanghai Composite China naik tipis 0,03%, Straits Times Singapura bertambah 0,4%, ASX 200 Australia naik 0,12%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,17%.

Pergerakan IHSG cenderung berlawanan arah dengan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan Kamis kemarin, di mana Wall Street kembali melemah.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun tipis 0,02%, S&P 500 melemah 0,31%, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,35%.

Investor di AS mencerna potensi lonjakan suku bunga setelah pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengisyaratkan kenaikan siklus terbaru untuk memperlambat inflasi masih tidak terkontrol.

Presiden The Fed St Louis, James Bullard mengatakan dalam pidatonya pada Kamis kemarin bahwa "tingkat kebijakan belum berada di zona yang dapat dianggap cukup membatasi [tingginya inflasi]."

"Perubahan sikap kebijakan moneter tampaknya hanya memiliki efek terbatas pada inflasi yang diamati, tetapi kondisi pasar menunjukkan penurunan inflasi diperkirakan terjadi pada 2023," tambah Bullard.

Imbal hasil (yield) Treasury 2 tahun melonjak menjadi 4,437%, meningkatkan kekhawatiran suku bunga yang lebih tinggi akan mengirim ekonomi ke dalam resesi.

"Saya melihat pasar tenaga kerja yang sangat ketat, saya tidak tahu bagaimana Anda terus menurunkan tingkat inflasi ini tanpa melambat secara nyata, dan mungkin kita bahkan mengalami kontraksi ekonomi untuk mencapainya," kata Presiden Fed Kansas City Esther George kepada Wall Street Journal pada Rabu lalu.

Sementara itu dari dalam negeri kemarin, Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 5,25%, di mana posisi ini menyamai seperti posisi BI-7DRR pada 2016.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 16-17 November memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bp menjadi 5,25%," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam konferensi pers, Kamis (17/11/2022).

Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, suku bunga acuan BI-7DRR yang mencapai 5,25% tersebut telah menyamai posisi BI-7DRR, saat pertama kali BI-7DRR digunakan sebagai suku bunga acuan pada Agustus 2016.

Hal ini sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memproyeksikan BI akan kembali menaikkan suku bunga acuan secara agresif pada bulan ini.

Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, delapan lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI-7DRR sebesar 50 bps menjadi 5,25%.

Sementara itu, enam lembaga/institusi memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bp menjadi 5,00%.

Sebagai catatan, BI sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 125 bp hanya dalam waktu tiga bulan, masing-masing sebesar 25 bp pada Agustus, 50 bp pada September, dan 50 bp pada Oktober.

Pada Oktober 2022, posisi suku bunga acuan BI berada di 4,75% sementara suku bunga Deposit Facility sebesar 4,00%, dan suku bunga Lending Facility ada di 5,50%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular