Dolar Langka di Mana-Mana, Rupiah Jadi Sulit Menguat!

Market - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 November 2022 08:15
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022) Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah 4 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga Kamis kemarin. Padahal Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 5,25%.

Kemarin rupiah berakhir di Rp 15.660/US$, melemah 0,32%. Tekanan bagi rupiah berisiko berlanjut pada perdagangan Jumat (18/11/2022), meski peluang menguat juga tetap terbuka.

Pasokan valuta asing, khususnya dolar AS yang tiris di dalam negeri menjadi salah satu penyebab loyonya rupiah. Ketika jumlah dolar di dalam negeri berkurang, dan permintaannya tinggi, harganya tentunya akan menanjak.

Masalah kelangkaan dolar AS ini juga diungkapkan langsung oleh Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti dalam pengumuman hasil RDG hari ini.

"Apa yang terjadi di global saat ini memang dolar shortage, dalam kondisi di mana fed fund rate terus mengalami peningkatan kemudian bond yieldnya tingginya sehingga mendondorong arus balik dari US$ dollar dari beberapa negara emerging market termasuk Indonesia," kata Destry.

Salah satu penyebab devisa tersebut tidak berada di dalam negeri yakni suku bunga valas yang kurang kompetitif. Eksportir pun lebih memilih menempatkan dolar-nya di luar negeri.

Destry juga mengakui devisa tersebut banyak yang parkir di luar negeri.

"Kepatuhan para eksportir untuk menempatkan dananya di rekening khusus sudah sangat baik, kurang lebih 93% itu kita sudah bisa men-trace dana tersebut dari hasil ekspor dengan menggunakan dokumen dari bea cukai. Nah, masalahnya dana tersebut tidak dalam berada di rekening khusus tersebut," kata Destry.

Destry menambahkan suku bunga yang kalah kompetitif menjadi masalah yang membuat eksportir banyak memarkir dolarnya di luar negeri.

"Kami lihat dan kami coba telaah, ternyata reward-nya itu atau pun interest rate kalah kompetitif, jadi sebenarnya masalah kompetisi. Pada kondisi normal mungkin diberikan rate relatif di bawah peer kita relatif masih oke, tetapi dengan kondisi sekarang pada saat dolar itu menjadi shortage dan negara-negara lain juga berusaha untuk menarik dolar sehingga dengan rate yang diberikan oleh perbankan saat ini menjadi tidak kompeititif," tambahnya.

Ia menambahkan BI bersama kementerian, lembaga dan perbankan mencoba program khusus yang menarik bagi eksportir guna mau menempatkan valuta asingnya di dalam negeri.

Secara teknikal, area Rp 15.450/US$ terbukti menjadi support kuat yang menahan penguatan rupiah yang disimbolkan USD/IDR.

Level tersebut merupakan merupakan Fibonacci Retracement 38,2% dan menjadi 'gerbang keterpurukan' bagi rupiah, selama tertahan di atasnya. Terbukti, rupiah terus tertekan setelah menembus level tersebut. Bahkan ketika menguat Jumat (11/11/2022) lalu, rupiah hanya mampu mengujinya saja.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Rupiah sebelumnya terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).

Rp 15.450/US$ bisa menjadi kunci pergerakan rupiah. Jika mampu ditembus ditembus dan bergerak konsisten di bawahnya, rupiah berpeluang melanjutkan penguatan.

Indikator Stochastic pada grafik harian berbalik naik menuju di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

idrGrafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitiv

Sementara stochastic pada grafik 1 jam, yang digunakan memproyeksikan pergerakan harian bergerak naik dari wilayah overbought. Artinya ada peluang rupiah menguat.

Resisten terdekat berada di kisaran Rp 15.670/US$, selama mampu bertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat menuju Rp 15.600/US$.

Sementara itu jika Rp 15.670/US$ ditembus, rupiah berisiko menguji lagi Rp 15.700/US$. Penembusan ke atas level tersebut akan membawa rupiah ke Rp 15.730/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Jurus Perry Warjiyo & BI Jaga Rupiah Dari Amukan Dolar AS


(pap/pap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading