
Rupiah Kumat! Surplus Neraca Dagang RI Tak Bisa Jadi Obat...

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali tak berdaya melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (15/11/2022), padahal Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada Oktober 2022.
Mengacu pada data Refinitiv, Mata Uang Garuda melemah pada pembukaan perdagangan sebesar 0,03% ke Rp 15.520/US$. Pukul 11:00 WIB, rupiah terkoreksi lebih tajam menjadi 0,32% ke Rp 15.565/US$.
Kemudian, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini di Rp 15.535/US$, melemah 0,13% di pasar spot. Untuk diketahui, posisi rupiah saat ini masih dalam tren yang tinggi dalam 2,5 tahun terakhir, tepatnya 30 April 2020.
Perlemahan rupiah terjadi saat indeks dolar AS bergerak melemah sebesar 0,46% ke posisi 106,17 padahal Bank sentral AS (The Fed) yang mengindikasikan akan terus menaikkan suku bunga. Ini menjadi salah satu pemicu kembali melemahnya rupiah.
Hal tersebut diungkapkan salah satu pejabat elit The Fed, Christopher Waller, ia menyebut investor lebay alias bereaksi berlebihan terhadap data inflasi yang menunjukkan penurunan, dan suku bunga akan tetap dinaikkan.
Seperti diketahui, kenaikan suku bunga The Fed menjadi penyebab utama rupiah tertekan. Ketika The Fed diperkirakan akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, rupiah pun sempat mendapatkan angin segar.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitas suku bunga naik 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5% pada Desember kini sebesar 90%, naik jauh dari hari sebelumnya 56%.
Dari dalam negeri, kabar menyenangkan datang dari Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencetak surplus pada Oktober 2022 mencapai US$ 5,67 miliar.Ekspor Indonesia pada Oktober 2022 tumbuh 12,30% (year-on-year/yoy) menjadi US$ 24,81 miliar.
Dibandingkan bulan sebelumnya ada kenaikan sebesar 0,13%. Sementara impor mencapai US$ 19,14 miliar. Tumbuh 17,44% (year on year/yoy), namun kontraksi 3,40% dibandingkan bulan sebelumnya.
"Impor Indonesia pada Oktober 2022 mencapai US$ 19,14miliar," ungkap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa (Disjas) BPS, Setianto dalam konferensi pers, Selasa (15/11/2022).
Sementara itu,Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia terus mengalami penurunan. Pada akhir September 2022, ULN tercatat sebesar 394,6 miliar dolar AS. Lebih rendah dibandingkan Agustus yang tercatat US$ 397,4 miliar atau akhir kuartal II-2022 yang sebesar 403,6 miliar dolar AS.
"Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) maupun sektor swasta," tulis Bank Indonesia (BI) dalam siaran pers, Selasa (15/11/2022).
Secara tahunan, posisi ULN triwulan III 2022 mengalami kontraksi sebesar 7,0% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,9% (yoy).
Kendati demikian, Nyatanya sentimen positif ini tetap saja tak mampu membawa rupiah menguat hari ini.
Pada malam ini, investor global juga akan disajikan rilis Indeks Harga Produsen (IHP) AS per Oktober 2022 yang dijadwalkan akan diumumkan pada pukul 20:30 WIB. IHP kerap menjadi salah satu rilis data ekonomi yang dinantikan oleh investor global.
Hal tersebut karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kerap menjadikan data IHP sebagai masukan sebelum memutuskan mengambil kebijakan moneter selanjutnya.
Konsensus analis Trading Economics, memprediksikan IHP AS per Oktober 2022 akan melandai dari 8,5% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 8,3%. Sedangkan, IHP diproyeksikan akan naik 0,5% secara bulanan (month-to-month/mtm) dari 0,4% pada periode sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jumat Berkah Rupiah Cerah! Dolar AS Kini Rp16.280