IHSG Mendadak Balik Arah, Ternyata Karena Ini

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Selasa, 15/11/2022 11:50 WIB
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis pada penutupan perdagangan sesi I Selasa (15/11/2022), perlemahan ini terjadi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada Oktober 2022. 

IHSG dibuka menguat 0,21% diposisi 7.034,11, sempat konsisten berada di zona hijau dengan penguatan terbatas tiba-tiba indeks ditarik ke zona koreksi dan ditutup melemah 0,02% atau 1,59 poin, ke 7.017,8 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB.

Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 8,67 triliun dengan melibatkan lebih dari 17 miliar saham yang berpindah tangan 938 kali.


Melihat pergerakan perdagangan, selang 13 menit setelah pembukaan IHSG masih menguat 0,32% ke 7.041,61. Pukul 09:46 WIB indeks terpantau memangkas penguatan menjadi 0,03% ke 7.021,29. Pukul 11:00 WIB IHSG terpantau berbalik arah longsor 0,23% ke 7.003,39 dan konsisten melemah meskipun perlemahan terpangkas di penutupan perdagangan.

Level tertinggi berada di 7.048,39 sekitar pukul 09:30 WIB, sementara level terendah berada di 6.999,24 sekitar pukul 11:10 WIB. Mayoritas saham siang ini terpantau mengalami penurunan. Statistik perdagangan mencatat ada 269 saham yang melemah dan 225 saham yang mengalami kenaikan, serta sisanya sebanyak 201 saham stagnan.

Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya siang ini, yakni mencapai Rp 283,2 miliar. Sedangkan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 260,7 miliar dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi ketiga sebesar Rp 195,2 miliar.

Perlemahan IHSG terjadi sejalan dengan Wall Street yang kembali turun. Tiga indeks utama Wall Street kompak ditutup di zona merah pada perdagangan perdana minggu ini karena investor mengambil jeda dari reli besar minggu lalu dan mencerna lebih banyak berita perusahaan dan data ekonomi.

Dow Jones Industrial Average turun 211,16 poin atau 0,63%, S&P 500 turun 0,89% menjadi dan indeks komposit padat teknologi Nasdaq turun 1,12%. Perdagangan tercatat relatif berombak sepanjang hari, dengan Dow gagal mempertahan momentum setelah dibuka di zona hijau dan akhirnya ikut meluncur ke zona merah jelang penutupan.

Melemahnya Wall Street terjadi Wakil Ketua Federal Reserve Lael Brainard mengindikasikan bank sentral dapat segera memperlambat laju kenaikan suku bunganya, memberikan beberapa kenyamanan bagi pasar.

Tapi kenyataannya, sentimen dari Brainard tampaknya tidak mampu menenangkan investor yang sudah terbebani lebih dulu dengan pernyataan Gubernur The Fed Christopher Waller akhir pekan kemarin.

Sementara itu, pasar juga masih menyimak gelaran KTT G20 yang akan berlangsung pekan ini di Bali selama dua hari mulai Selasa 15 November hingga Rabu 16 November 2022.

Presiden RI Joko Widodo beserta berbagai Kepala Negara dari 20 anggota KTT G20 akan hadir dalam acara tersebut. Kemarin, Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping untuk pertama kalinya bertemu secara langsung dalam kapasitas sebagai pemimpin negara.

Pertemuan dua negara paling berpengaruh di dunia saat ini sangat dinantikan oleh investor, mengingat ketegangan antara China-AS dapat menyeret ekonomi global dan pasar keuangan secara luas.

Investor tentu berharap komunikasi baik dapat terjalin antara kedua negara tersebut sehingga tidak menambah kegentingan global baru.

Kemudian, hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada Oktober 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan surplus neraca perdagangan mencapai US$ 5,67 miliar.

Ekspor Indonesia pada Oktober 2022 tumbuh 12,30% (year on year/yoy) menjadi US$ 24,81 miliar. Dibandingkan bulan sebelumnya ada kenaikan sebesar 0,13%. Sementara impor mencapai 19,14 miliar. Tumbuh 17,44% (year on year/yoy), namun kontraksi 3,40% dibandingkan bulan sebelumnya.

"Impor Indonesia pada Oktober 2022 mencapai US$ 19,14miliar," ungkap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa (Disjas) BPS, Setianto dalam konferensi pers, Selasa (15/11/2022)

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Oktober sebesar US$ 4,50 miliar. Surplus jauh lebih rendah dibandingkan September 2022 yang mencapai US$ 4,99 miliar.

Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan tumbuh 11,74% (year on year/yoy) sementara impor meningkat 23,62%. Positifnya rilis data neraca dagang ini tentunya menjadi booster dan menambah kepercayaan diri investor.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Lanjut Menghijau, Tembus Level 7.100-an