Investor Masih Buru SBN, Yieldnya Kembali Turun

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
15 November 2022 09:37
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Senin (14/11/2022), di mana investor masih menimbang dampak dari melandainya inflasi Amerika Serikat (AS).

Mayoritas investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Kecuali SBN tenor 15 dan 20 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 15 tahun naik 5,7 basis poin (bp) ke posisi 6,979% dan yield SBN berjangka waktu 20 tahun melonjak 7,1 bp ke 7,148%

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara kembali turun 2,3 bp menjadi 7,058%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari dalam negeri, investor menanti rilis data neraca perdagangan periode Oktober 2022 yang akan dirilis pada Selasa besok.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 yang kembali mencetak surplus senilai US$ 4,99 miliar.

Posisi tersebut melampaui prediksi konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada September sebesar US$ 4,85 miliar.

Ekspor Indonesia pada September 2022 mencapai US$ 24,80 miliar, tumbuh 20,28% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Realisasi ekspor merupakan terendah sejak Mei 2022. Sedangkan, impor pada September 2022 mencapai US$ 19,81 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers, Senin (17/10/2022) mengatakan bahwa impor alami peningkatan 22,01%, dibandingkan September 2021. Akan tetapi peningkatan impor tidak sebesar 2021 yang mencapai 40,31%.

Selain itu, pelaku pasar juga masih menantikan rilis kebijakan moneter terbaru dari Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan akan dirilis pada Kamis mendatang. Hasil polling Reuters menunjukkan BI akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 bp menjadi 5,25%.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung naik pada pagi hari ini waktu AS, di mana investor menimbang komentar beberapa anggota bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun naik 5,4 bp ke posisi 4,38%. Sedangkan yield Treasury benchmark tenor 10 tahun menanjak 5,7 bp menjadi 3,886%.

Investor mengamati dengan cermat pernyataan dari anggota The Fed untuk petunjuk tentang rencana kebijakan moneter The Fed kedepannya.

Gubernur The Fed, Christopher Waller mengatakan bahwa sementara The Fed akan mempertimbangkan untuk memperlambat kenaikan suku bunga, masih ada "cara untuk pergi" sebelum kenaikan dapat dihentikan.

The Fed telah menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi yang terus-menerus tinggi. Namun, banyak investor khawatir bahwa laju kenaikan itu membawa ekonomi AS ke dalam resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular