Kena PHP Lagi, Rupiah Gagal Melanjutkan Penguatan Sore Ini

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Senin, 14/11/2022 15:16 WIB
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah gagal melanjutkan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (14/11/2022). Pekan ini pelaku pasar tengah fokus menantikan rilis data ekonomi dan kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) Kamis mendatang.

Mengacu pada data Refinitiv, Mata Uang Garuda terapresiasi pada pembukaan perdagangan sebesar 0,23% ke Rp 15.445/US$. Sayangnya, pukul 11:00 WIB rupiah memangkas penguatannya menjadi 0,11% ke Rp 15.473/US$.

Kemudian, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini di Rp 15.515/US$, melemah 0,16% di pasar spot, pada awal perdagangan pekan ini. Kendati demikian, sepanjang pekan lalu rupiah mampu menguat 1,56%, menjadi yang terbesar sejak awal November 2020.


Perlemahan rupiah terjadi saat indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya, terpantau melemah 1,65% di posisi 106,42 pada pukul 15:00 WIB. Perlemahan ini terjadi setelah pelaku pasar beranggapan bahwa The Fed akan mengendurkan kenaikan suku bunga.

Seperti diketahui, kenaikan suku bunga The Fed menjadi penyebab utama rupiah tertekan. Ketika The Fed diperkirakan akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, rupiah pun sempat mendapatkan angin segar.

Tingkat pengangguran di Amerika Serikat yang mulai naik, serta inflasi yang menurun menjadi penyebab munculnya ekspektasi tersebut.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitas suku bunga naik 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5% pada Desember kini sebesar 90%, naik jauh dari hari sebelumnya 56%.

Namun sinyal positif ini tak bertahan lama bagi rupiah. Para pelaku pasar saat ini tengah fokus menantikan rilis data Neraca Perdagangan Indonesia per Oktober 2022 yang dijadwalkan akan dirilis pada Selasa (15/11/2022).

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 yang kembali mencetak surplus senilai US$ 4,99 miliar.

Posisi tersebut melampaui prediksi konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada September sebesar US$ 4,85 miliar.

Ekspor Indonesia pada September 2022 mencapai US$ 24,80 miliar, tumbuh 20,28% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Realisasi ekspor merupakan terendah sejak Mei 2022. Sedangkan, impor pada September 2022 mencapai US$ 19,81 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers, Senin (17/10/2022)mengatakan bahwa impor alami peningkatan 22,01% dibandingkan September 2021. Akan tetapi peningkatan impor tidak sebesar 2021 yang mencapai 40,31%.

Selain itu, pelaku pasar juga masih menantikan rilis kebijakan moneter terbaru dari Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan akan dirilis pada Kamis (17/11/2022). Hasil polling Reuters menunjukkan BI akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 5,25%.

Jika terealisasi, tentunya akan menjadi sentimen positif yang bisa mendongkrak penguatan rupiah pekan ini.

Data-data ekonomi yang sudah rilis sejak awal November sudah menunjukkan ekonomi Indonesia masih dalam posisi aman dan jauh dari resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menkeu Targetkan PDB RI Capai 5,8% di 2026