Pasar Masih Optimis, Bursa Asia Dibuka Bergairah Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 14/11/2022 08:51 WIB
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung cerah bergairah pada perdagangan Senin (14/11/2022), di mana investor masih cenderung optimis setelah pekan lalu mereka merespons positif dari melandainya inflasi Amerika Serikat (AS).

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka melayang 3,03%, Hang Seng Hong Kong meroket 3,56%, Shanghai Composite China menguat 0,58%, Straits Times Singapura melesat 0,98%, ASX 200 Australia naik 0,17%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,29%.

Dari Jepang, saham konglomerat Softbank Group terpantau ambles 12% di awal perdagangan hari ini, setelah Vision Fund, unit investasi teknologi Softbank melaporkan kerugian sebesar 1,38 triliun yen (US$ 9,88 miliar) untuk kuartal yang berakhir pada 30 September 2022.


Bursa Asia-Pasifik yang cenderung cerah bergairah pada pagi hari ini cenderung masih mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street pada akhir pekan lalu.

Pada Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melejit hingga 3,7%, S&P 500 terbang 5,54%, dan Nasdaq Composite meroket 7,35%.

Tingkat inflasi yang mengacu Indeks Harga Konsumen (IHK) AS hanya naik 0,4% pada Oktober dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Sedangkan inflasi tahunan tercatat melandai ke 7,7% (year-on-year/yoy). Sementara inflasi inti bertumbuh 0,3% (mtm) dan 6,3% (yoy).

Ini merupakan kenaikan tahunan terendah sejak Januari. Ekonom mengharapkan kenaikan 0,6% mtm dan 7,9% yoy.

Ketika inflasi saat ini mulai mendingin, ekspektasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mengurangi sifat hawkish pun kembali mencuat.

Menurut perangkat CME Fedwatch, peluang The Fed untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) sebesar 80,6%. Sementara peluang kenaikan 75 bp mencapai 19,4%.

Meskipun inflasi telah melandai, akan tetapi masih jauh di atas target perlambatan yang diinginkan The Fed. Angka tersebut juga jauh lebih tinggi daripada suku bunga acuan utama The Fed.

Presiden The Fed Cleveland, Loretta Mester mengatakan bahwa laporan menunjukkan beberapa pelonggaran dalam inflasi keseluruhan dan inti, meskipun dia juga mencatat trennya masih sangat tinggi.

Sementara itu dari China, langkah Beijing untuk melonggarkan pembatasan pandemi menambah semangat di pasar keuangan global.

Ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah menyeret pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini dengan memberlakukan penguncian dan membatasi perjalanan untuk mengendalikan virus corona (Covid-19).

Pada Jumat lalu, otoritas kesehatan setempat mengatakan Beijing akan mempersingkat waktu para pelancong harus tinggal di karantina dan membatasi pengujian massal, beserta langkah-langkah lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel