Indeks Dolar AS Anjlok 3%! Rupiah Melesat ke Rp 15.650/US$
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (9/11/2022). Jika mampu dipertahankan hingga penutupan nanti, maka rupiah akan mencatat penguatan 3 hari beruntun, meski penguatan sebelumnya tipis-tipis saja.
Melansir data Refinitiv, rupiah melesat 0,29% ke Rp 15.650/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka. Sebelumnya dalam dua hari terakhir rupiah tercatat menguat 0,06$ dan 0,19%.
Indeks dolar AS yang merosot 3 hari beruntun membuat rupiah mampu menguat. Dalam 3 hari, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini merosot nyaris 3%.
Merosotnya indeks dolar AS terjadi sejak rilis data tenaga kerja yang menunjukkan pelambatan.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat pengangguran bulan Oktober naik menjadi 3,7% dari bulan sebelumnya 3,5%. Kenaikan tersebut menguatkan lagi harapan bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.
Ekspektasi tersebut sebelumnya muncul setelah beberapa pejabat The Fed mengungkapkan keinginan agar laju kenaikan suku bunga dikendurkan agar perekonomian AS tidak merosot tajam.
Pada pengumuman kebijakan moneter pekan lalu, The Fed juga memberikan sedikit sinyal jika ke depannya kenaikan suku bunga kemungkinan tidak akan agresif lagi.
The Fed menyatakan dalam menentukan kenaikan suku bunga ke depannya akan memperhitungkan seberapa besar kenaikan suku bunga yang sudah dilakukan, efeknya terhadap kegiatan ekonomi dan inflasi, serta perkembangan kondisi perekonomian dan finansial.
Melihat data tenaga kerja yang mulai melemah, The Fed kemungkinan akan mulai serius mempertimbangkan pelambatan laju kenaikan suku bunga.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5% pada Desember, dengan probabilitas sebesar 56%.
Perhatian kini tertuju pada data inflasi Amerika Serikat, yang menjadi acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter, selain data tenaga kerja.
Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) akan dirilis pada Kamis (10/11/2022) besok. Hasil polling Reuters menunjukkan inflasi Oktober turun menjadi 8% (yoy) dari bulan sebelumnya 8,2% (yoy). Sementara inflasi inti turun menjadi 6,5% dari sebelumnya 6,6%.
Jika terelisasi, inflasi akan turun dalam 5 bulan beruntun dan inflasi inti turun untuk pertama kalinya setelah naik 3 bulan beruntun. Rilis data yang lebih rendah dari prediksi tentunya akan menguatkan harapan The Fed akan mengendur, dan membuat indeks dolar AS kembali terpuruk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)