Dolar AS Babak Belur, Rupiah Siap Menguat 3 Hari Beruntun!
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sukses menguat dua hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Selasa kemarin, dan kembali ke bawah Rp 15.700/US$. Serangkaian data apik dari dalam negeri mampu memberikan sentimen positif ke rupiah, di saat dolar AS juga sedang babak belur akibat ekspektasi mengendurnya laju kenaikan suku bunga.
Rupiah kemarin mengakhiri perdagangan di Rp 15.695/US$, atau menguat 0,06% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Penguatan tersebut berpeluang berlanjut pada perdagangan Rabu (9/11/2022).
Data apik terbaru dirilis kemarin. Bank Indonesia melaporkan IKK Oktober sebesar 120,3, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 117,2. IKK menggunakan angka 100 sebagai ambang batas antara zona optimis dan pesimis. Di atasnya 100 artinya optimis, semakin tinggi tentunya semakin bagus.
Saat konsumen semakin optimistis, maka belanja bisa mengalami peningkatan yang pada akhirnya mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Seperti diketahui, belanja rumah tangga merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, di kuartal III-2022 kontribusinya lebih dari 50%.
Sementara itu indeks dolar AS kembali turun 0,45% pada perdagangan Selasa. Dengan demikian, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sudah turun dalam 3 hari beruntun dengan total hampir 3%, dan membuka peluang berlanjutnya penguatan rupiah pada perdagangan Rabu (9/10/2022).
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).
MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya.
Rupiah kini sudah berada di atas Rp 15.450/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 38,2%. Level tersebut bisa menjadi 'gerbang keterpurukan' bagi rupiah, selama tertahan di atasnya. Terbukti, rupiah terus tertekan setelah menembus level tersebut.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Selama tertahan di atas Fibonacci Retracement 32,5% tersebut rupiah berisiko terpuruk semakin jauh, menuju Rp 16.000/US$ atau di kisaran Rp 15.900/US$ yang merupakan FIb. Retracement 23,6%.
Resisten terdekat hari ini berada di kisaran Rp 15.630/US$, jika ditembus rupiah berisiko menuju resisten selanjutnya di kisaran Rp 15.760/US$ hingga Rp 15.800/US$.
Area tersebut bisa menjadi penahan pelemahan rupiah di pekan ini, tetapi jika ditembus dan tertahan di atasnya, rupiah dalam hitungan hari bisa menyentuh lagi Rp 16.000/US$.
Indikator Stochastic pada grafik harian sudah cukup lama berada di wilayah jenuh beli (overbought), juga memberikan peluang penguatan.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Indikator stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan memproyeksikan pergerakan harian, juga belum masuk ke wilayah oversold.
Level psikologis Rp 15.700/US$ menjadi support terdekat, dan rupiah kemarin berhasil menembusnya, meski masih weak breakout. Jika mampu bertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.670/US$ - Rp 15.650/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)