Wall Street Kena Gempur Lagi Pasca The Fed Naikan Suku Bunga

Putra, CNBC Indonesia
03 November 2022 22:05
Trader Gregory Rowe works on the floor of the New York Stock Exchange, Monday, Aug. 5, 2019. Stocks plunged on Wall Street Monday on worries about how much President Donald Trump's escalating trade war with China will damage the economy. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Saham Wall Street kembali dibuka melemah pada perdagangan Kamis (3/11/2022).

Indeks Dow Jones Industrial Average diperdagangkan 194 poin lebih rendah, atau melemah 0,6%. S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing turun 1% dan 1,3%. Satu setengah jam perdagangan berselang, Bursa AS terpantau masih merah dimana Dow Jones turun 0,3%, S&P 500 terkoreksi 0,48%, dan Nasdaq down 0,54%.

Pelemahan indeks saham acuan diakibatkan oleh kenaikan imbal hasil (yield) surat utang negara AS seiring dengan pelaku pasar yang terus mencerna kebijakan Fed.

Sebenarnya pelaku pasar telah mengantisipasi adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) dalam pertemuan bulan November 2022.

Namun Ketua Fed Jerome Powell mengatakan masih "prematur" untuk membahas jeda kenaikan suku bunga dan bahwa suku bunga terminal kemungkinan akan lebih tinggi dari yang dinyatakan sebelumnya.

Dow Jones Industrial Average mengakhiri sesi perdagangan Rabu 505 poin lebih rendah, atau 1,6%. S&P 500 turun 2,5%, dan Nasdaq Composite turun 3,4%.

Pasar kemungkinan akan terus jungkir balik sampai jelas inflasi telah mendingin dan bahwa The Fed telah berhenti menaikkan suku bunga lebih tinggi, meskipun pelaku pasar terpecah ke mana arah suku bunga.

Setiap data yang menunjukkan ekonomi AS tidak melambat karena kebijakan pengetatan bank sentral kemungkinan akan membebani saham.

"Dalam pandangan kami, imbalan risiko untuk pasar selama tiga hingga enam bulan ke depan tidak menguntungkan, dan pernyataan Fed hari ini mendukung pandangan itu," tulis Mark Haefele, kepala investasi UBS, dalam sebuah catatan kepada klien Rabu, sebagaimana dilaporkan CNBC Indonesia.

Perhatian investor juga beralih ke nonfarm payrolls Oktober, yang akan dirilis Jumat. Jumlah pekerjaan yang baik dan tingkat pengangguran yang rendah, sementara baik untuk ekonomi, bisa menandakan lebih banyak kenaikan suku bunga Fed ke depan.


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular