Salim Masuk, Laba BUMI Meroket 473,7%! Ini Klien Besarnya

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Kamis, 03/11/2022 06:57 WIB
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat di kapal tongkang bermuatan batubara dari Kalimantan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (4/8/2022). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca masuknya konglomerat Anthoni Salim, emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk meroket 473,7% hingga kuartal III-2022. Laba bersih senilai US$ 365,4 juta atau setara Rp 5,72 triliun hingga September 2022, melesat jauh dibandingkan dengan September 2021 yang sebesar US$ 63,7 juta.

Mengutip keterangannya, laba tersebut didorong total penjualan yang naik signifikan per September 2022 sebesar 109,3% mencapai US$ 1,39 miliar atau setara Rp 21,8 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 666,18 juta.

Meningkatnya penjualan emiten kongsi Grup Bakrie dan Salim ini didorong oleh penjualan batu bara yang mendominasi total penjualan, yaitu sebesar US$ 1,38 miliar hingga sembilan bulan tahun ini. Sedangkan, penjualan emas BUMI ke pihak ketiga mencapai US$ 7,2 juta, dan jasa sebesar US$ 1,1 juta.


Adapun permintaan terbanyak hasil BUMI, tertinggi ke Rwood Resources DMCC yakni sebesar US$ 441,17 juta, PT PLN (Persero) US$ 189,08 juta, dan PT Jhonlin Group senilai US$ 186,9 juta. Sehingga, BUMI tercatat memcatat laba bruto senilai US$ 294,2 juta, naik 91,84 persen secara tahunan dari US$ 153,3 juta.

Hingga kuartal III tahun ini, BUMI mencatatkan pendapatan pelanggan sebesar US$ 1,32 miliar, dengan arus kas neto yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar US$ 76 juta.

Adapun total aset hingga September 2022 menjadi senilai US$ 4,5 miliar, turun dibandingkan 31 Desember 2021 sebesar US$ 4,22 miliar. Jumlah liabilitas juga turun menjadi sebesar US$ 3,45 miliar, turun dibandingkan akhir Desember 2021 sebesar US$ 3,5 miliar. Ekuitas BUMI menjadi sebesar US$ 1,09 miliar, naik dibandingkan akhir 2021 sebesar US$ 646 juta.


(rob/ayh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Yang Bisa Dilirik Saat Perang & Suku Bunga Ditahan