
Detik-Detik Suku Bunga di AS Naik 75 Bps, Rupiah Terkapar?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah 0,19% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.625/US$ Selasa kemarin. Rupiah sudah melemah 2 hari beruntun, dan berada di level terlemah sejak pertengahan April 2020.
Bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (3/11/2022) dini hari waktu Indonesia membuat rupiah kesulitan menguat. Bank sentral paling powerful di dunia ini diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3,75% - 4%.
Bahkan, berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 47% suku bunga The Fed berada di level 4,75% - 5% pada Februari 2023.
Namun, pasar tentunya juga menanti kejutan. Tidak menutup kemungkinan The Fed mengendurkan laju kenaikan suku bunganya seperti yang dilakukan bank sentral Australia dan Kanada.
Jika itu terjadi, maka rupiah berpeluang melesat besok, sementara hari ini, Rabu (2/11/2022), masih berisiko melemah.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).
MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya.
![]() Foto: Refinitiv |
Rupiah kini sudah berada di atas Rp 15.450/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 38,2%. Level tersebut bisa menjadi 'gerbang keterpurukan' bagi rupiah, selama tertahan di atasnya. Terbukti, rupiah terus tertekan setelah menembus level tersebut.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Selama tertahan di atas Fibonacci Retracement 32,5% tersebut rupiah berisiko terpuruk semakin jauh, menuju Rp 16.000/US$ atau di kisaran Rp 15.900/US$ yang merupakan FIb. Retracement 23,6%.
Untuk pekan ini, resisten berada di kisaran Rp 15.600/US$ hingga Rp 15.630/US$. Jika ditembus, rupiah berisiko merosot ke Rp 15.700/US$, atau lebih tinggi lagi.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah cukup lama berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic pada grafik 1 jam, yang digunakan memprediksi pergerakan harian, juga berada di wilayah jenuh beli.
Untuk hari ini, support terdekat berada di kisaran 15.600/US$. Jika ditembus, rupiah berpeluang menguat menuju Rp 15.570/US$ hingga Rp 15.550/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
