Emiten Entitas Anak BUMN Jadi Saham Tercuan, KRAS Terboncos!

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
01 November 2022 12:35
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) mampu memimpin jajaran top gainers pada perdagangan sesi I siang ini, Selasa (1/11/2022), sementara saham PT KrakatauĀ Steel (Persero) Tbk (KRAS) memimpin jajaran top losers kali ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,65% ke 7.052,65 pada penutupan perdagangan sesi I, Pasca rilis data inflasi Indonesia periode Oktober. Perlemahan indeks acuan Tanah Air juga terjadi di tengah melemahnya Wall Street pada perdagangan semalam.

Nilai perdagangan tercatat turun ke Rp 7,66 triliun dengan melibatkan lebih dari 13 miliar saham yang berpindah tangan 814 kali.

Sementara, mayoritas saham siang ini terpantau mengalami penurunan. Statistik perdagangan mencatat ada 326 saham yang melemah dan 188 saham yang mengalami kenaikan, serta sisanya sebanyak 178 saham stagnan.

Di tengah melemahnya IHSG siang ini, terdapat 5 saham yang tampil perkasa masuk jajaran top gainers dan 5 saham yang terkena aksi jual signifikan dan menjadi top losers

Berikut lima saham top gainers pada perdagangan sesi I siang ini, Selasa (1/11/2022).

1. PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC), naik +15,53%, ke Rp 595/unit

2. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), naik +8,36%, ke Rp 10.050/unit

3. PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), naik +7,47%, ke Rp 1.295/unit

4. PT Pan Brothers Tbk (PBRX), naik +7,32%, ke Rp 88/unit

5. PT Saraswanti Indoland Development Tbk (SWID), naik +6,96%, ke Rp 123/unit

Saham Emiten entitas anak usaha BUMN yakni PTIndonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) memimpin deretan top gainers pada perdagangan sesi I siang ini dengan nilai transaksi mencapai Rp 20,84 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 35,27 juta unit saham.

Pada perdagangan intraday hari ini, harga saham IPCC bergerak di rentang Rp 525-615/unit. Hingga istirahat siang, nilai kapitalisasi pasar saham IPCC mencapai Rp 1,08 triliun.

Jika melihat data perdagangan sejak perdagangan 24 Oktober hingga Senin (31/10/2022), saham IPCC hanya sekali merah, dengan 2 kali menghijau, dan 3 kali stagnan. Dengan ini, saham IPCC ini sudah melesat 15,53% sepekan dan naik 16,67% sebulan terakhir.

Melesatnya saham IPCC terjadi setelah melaporkan bahwa sepanjang 9 bulan hingga September 2022, telah membukukan laba tahun berjalan senilai Rp108,89 miliar mengalami lonjakan sangat signifikan 556,15% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yang hanya Rp 16,59 miliar.

Merujuk pada data laporan keuangan kuartalan yang dipublikasi pada laman BEI, Selasa (1/11/2022), IPCC membukukan pendapatan operasi senilai Rp 508,303 miliar mengalami pertumbuhan 46,17% dari periode yang sama tahun 2021 senilai Rp 347,77 miliar.

Adapun pada periode ini perseroan menanggung beban pokok pendapatan senilai Rp 264,00 miliar naik 24,44% dibandingkan sebelumnya senilai Rp 212,14 miliar. Sehingga laba kotor sudah terlihat jelas melonjak persen 80,15% jadi Rp 244,33 miliar dari Rp 135,62 miliar.

Indonesia kendaraan terminal yang merupakan entitas usaha dari BUMN Pelindo menanggung beban umum dan administrasi sebesar Rp 72,80 miliar naik dari sebelumnya Rp 72,34 miliar, Namun Perseroan berhasil memangkas beban operasi lain menjadi Rp 4,08 miliar dari sebelumnya Rp 51,41 miliar.

Berkat capaian tersebut maka laba usaha IPCC per 30 September 2022 terkumpul Rp 170,58 miliar melonjak 1.320% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 senilai Rp 12,00 miliar.

Dengan kinerja perseroan yang cukup gemilang di sepanjang 9 bulan pertama Tahun 2022, maka laba per saham Dasar dengan nilai penuh melonjak menjadi Rp 59,88 dari sebelumnya hanya Rp 9,13 per saham dasar.

Dari sisi aset IPCC juga membukukan pertumbuhan 6,06 persen menjadi Rp2,08 triliun per 30 September 2022, dibandingkan pada periode 31 Desember 2020 yang terkumpul Rp1,96 triliun.

Selain beberapa saham menjadi top gainers, terdapat beberapa saham yang menjadi top losers, berikut 5 saham top losers pada sesi I siang ini, Selasa (1/11/2022).

1. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), turun -6,91%, ke Rp 350/unit

2. PT Panin Financial Tbk (PNLF), turun -6,3%, ke Rp 595/unit

3. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), turun -5,67%, ke Rp 2.660/unit

4. PT Darma Henwa Tbk (DEWA), turun -4,92%, ke Rp 58/unit

5. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), turun -4,49%, ke Rp 1.490/unit

Saham Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) menjadi emiten yang bercokol di daftar top losers pada perdagangan sesi I siang ini dengan nilai transaksi mencapai Rp 23,53 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 66,33 juta unit saham.

Pada perdagangan intraday hari ini, harga saham KRAS bergerak di rentang Rp 350-376/unit. Hingga istirahat siang, nilai kapitalisasi pasar saham KRAS mencapai Rp 6,77 triliun.

Jika melihat data perdagangan sejak perdagangan 24 Oktober hingga Senin (31/10/2022), saham KRAS tercatat 3 kali merah, dan 3 kali menghijau. Dengan ini, saham KRAS sudah turun 8,38% sepekan dan melemah 12,94% sebulan terakhir.

Sebagai gambaran, emiten baja BUMN ini membukukan kinerja ciamik per semester pertama 2022. Dari sisi pendapatan, Krakatau Steel juga mencatatkan pertumbuhan 27% menjadi US$ 1,34 miliar atau setara Rp 19,88 triliun.

Sementara dari sisiĀ bottomline, KRAS membukukan laba sebesar US 78,65 juta atau setara dengan Rp 1,17 triliun selama enam bulan pertama 2022.

Cemerlangnya kinerja di lanjut pada kuartal III-2022, KRAS berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,22 triliun.

Di sisi lain KRAS telah merumuskan sejumlah strategi guna menggenjot kinerja tahun ini. Pertama, bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR), BUMN-BUMN Karya maupun Engineering, Procurement & Construction (EPC) swasta dalam rangka mendukung proyek - proyek strategis nasional, khususnya pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).

Kedua, mendukung langkah pemerintah dalam penerapan program tingkat komponen dalam negeri (TKDN) atas barang dan subtitusi impor baja sebesar 35% pada tahun 2022 melalui pembangunan fasilitas produksi hot strip mill (HSM) 2 dengan kapasitas tahap awal produksi HRC sebesar 1,5 juta ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular