Awal November Bursa Asia Cerah, Sentimen Resesi Mulai Basi?

Market - Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
01 November 2022 09:06
FILE PHOTO: An investor looks at an electronic screen at a brokerage house in Hangzhou, Zhejiang province, January 26, 2016.  REUTERS/China Daily Foto: REUTERS/China Daily

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik kembali dibuka menguat pada perdagangan Selasa (1/11/2022), jelang keputusan suku bunga bank sentral Australia dan Amerika Serikat (AS), serta rilis data aktivitas pabrik China versi swasta (Caixin).

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka naik tipis 0,08%, Hang Seng Hong Kong melonjak 1,69%, Shanghai Composite China menguat 0,45%, Straits Times Singapura melesat 1,12%, ASX 200 Australia juga naik tipis 0,07%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,29%.

Dari China, data aktivitas manufaktur periode Oktober versi Caixin akan dirilis pada hari ini. Data aktivitas manufaktur dan jasa tercermin pada Purchasing Manager's Index (PMI).

Untuk PMI manufaktur China versi Caixin, pasar dalam survei Trading Economics memperkirakan sedikit naik menjadi 48,4, dari sebelumnya pada September lalu sebesar 48,1.

Sebelumnya kemarin, PMI manufaktur China versi NBS periode Oktober dilaporkan turun menjadi 49,2, dari sebelumnya pada September lalu di angka 50,1.

Angka ini juga lebih rendah dari prediksi pasar dalam surveri Reuters yang memperkirakan PMI manufaktur turun tipis menjadi 50.

Sementara itu dari Jepang dan Korea Selatan, data PMI manufaktur periode Oktober versi Global S&P juga telah dirilis hari ini. Untuk PMI manufaktur Jepang versi final terpantau turun sedikit menjadi 50,7, dari sebelumnya pada September lalu di angka 50,8.

Sedangkan di Korea Selatan, PMI manufaktur pada Oktober naik menjadi 48,2, dari sebelumnya pada September lalu di angka 47,3.

Dalam hal ini, manufaktur Jepang masih berada di zona ekspansif, sedangkan di Korea Selatan berada di zona kontraktif.

Sementara di Indonesia, PMI manufaktur periode Oktober dilaporkan turun menjadi 51,8, dari sebelumnya pada September lalu di angka 53,7. Namun, PMI manufaktur Indonesia masih berada di zona ekspansif.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Adapun dari Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) diprediksi bakal kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 2,85%, dalam polling Reuters.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah melemahnya bursa AS, Wall Street pada akhir perdagangan Senin kemarin, setelah sempat rebound di awal perdagangan kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) berakhir melemah 0,39%, kemudian S&P 500 terkoreksi 0,75%, dan Nasdaq Composite merosot 1,03%.

Sepanjang Oktober 2022, indeks Dow Jones tercatat melesat nyaris 14%, menjadi kenaikan bulanan terbesar sejak 1976. S&P 500 dan Nasdaq masing-masing menguat 8% dan 4% pada Oktober 2022.

Kenaikan tersebut terjadi meski para raksasa teknologi AS membukukan kinerja keuangan yang buruk di kuartal III-2022.

Amazon, Alphabet, Microsoft dan Meta semuanya melaporkan kinerja yang di bawah ekspektasi pasar. Meski demikian, Wall Street akan mampu mencatat penguatan di bulan November.

Para pelaku pasar kini menanti pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Kamis dini hari waktu Indonesia.

Bank sentral paling powerful di dunia ini diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3,75% - 4%.

Tetapi pelaku pasar akan melihat apakah The Fed setelahnya akan menghentikan sementara kenaikan suku bunganya, atau menurunkan agresivitasnya.

Beberapa pejabat The Fed juga sudah mengungkapkan keinginan untuk mengendurkan laju kenaikan suku bunga. Sebabnya, ada risiko perekonomian AS akan kembali mengalami double dip recession.

Kontraksi produk domestik bruto (PDB) dalam 2 kuartal sebelumnya secara teknis sudah disebut resesi. Namun, resesi AS di awal tahun ini ringan, bahkan mungkin belum terasa sebab pasar tenaga kerja AS masih sangat kuat, tetapi yang parah akan datang.

Kemudian, pada kuartal III-2022, PBB AS mampu tumbuh sehingga lepas dari resesi. Tetapi, risiko kembali mengalaminya, bahkan lebih parah alias double dip recession sangat besar jika suku bunga terus dinaikkan dengan agresif.

Harapan The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunga tersebut menjadi salah satu pemicu Wall Street mampu melesat di Oktober.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih... Bursa Asia Loyo Lagi


(chd/chd)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading