Wow! Dow Jones Bakal Catat Kinerja Bulanan Terbaik Sejak 1976

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 October 2022 21:59
Trader Peter Tuchman works on the floor of the New York Stock Exchange, (NYSE) in New York, U.S., April 27, 2018. REUTERS/Brendan McDermid
Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) merosot di perdagangan terakhir Oktober. Meski demikian, Wall Street akan mencatat rebound yang cukup signifikan di bulan ini.

Pada Senin (31/10/2022), indeks Dow Jones membuka perdagangan dengan melemah 0,4%, kemudian S&P 500 0,8% dan Nasdaq merosot 1,2%.

Sebelum hari ini, indeks Dow Jones tercatat melesat 13,6% sepanjang Oktober, menjadi kenaikan terbesar sejak 1976. S&P 500 dan Nasdaq masing-masing menguat 8% dan 4% bulan ini.

Kenaikan tersebut terjadi meski para raksasa teknologi Amerika Serikat membuka kinerja keuangan yang buruk di kuartal III-2022.

Amazon, Alphabet, Microsoft dan Meta semuanya melaporkan kinerja yang di bawah ekspektasi pasar. Meski demikian, Wall Street akan mampu mencatat penguatan bulan ini.

Para pelaku pasar kini menanti pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) pada Kamis (3/10/2022) dini hari waktu Indonesia.

Bank sentral paling powerful di dunia ini diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3,75% - 4%. Tetapi pelaku pasar akan melihat apakah The Fed setelahnya akan menghentikan sementara kenaikan suku bunganya, atau menurunkan agresivitasnya.

Beberapa bank sentral AS ini sudah mulai mengendur, dan beberapa pejabat The Fed juga sudah mengungkapkan keinginan untuk mengendurkan laju kenaikan suku bunga. Sebabnya, ada risiko perekonomian AS akan kembali mengalami double dip recession. Kontraksi PDB dalam 2 kuartal sebelumnya secara teknis sudah disebut resesi. Namun, resesi di awal tahun ini ringan, bahkan mungkin belum terasa sebab pasar tenaga kerja AS masih sangat kuat, tetapi yang parah akan datang.

Presiden The Fed San Francisco Mary Daly adalah salah satu pejabat yang menyuarakan keinginan agar The Fed mengendurkan laju kenaikan suku bunganya. Menurutnya, pelonggaran kebijakan diperlukan untuk mencegah ekonomi AS melambat lebih dalam.

"Pasar sudah mem-priced in kenaikan 75 bps lagi. Namun, saya ingin mengingatkan jika kenaikan suku bunga sebesar 75 bps tidak akan selamanya. Kita harus memastikan untuk tidak mengetatkan kebijakan terlalu ketat.Perang, perlambatan ekonomi Eropa, dan kenaikan suku bunga global akan berdampak ke ekonomi AS," tutur Daly, berbicara dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan Universitas Berkeley California, seperti dikutip dari Reuters.

Harapan The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunga tersebut menjadi salah satu pemicu Wall Street mampu melesat di bulan ini.


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular