The Fed Bakal Kerek Bunga 75 Bps Lagi, Rupiah Bisa Kuat Lho!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 October 2022 08:20
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sepanjang pekan lalu menguat 0,52% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.548/US$. Ini menjadi penguatan mingguan pertama setelah sebelumnya melemah selama 6 pekan.

Pekan ini, ada bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (3/11/2022) dini hari waktu Indonesia. The Fed diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3,75% - 4%.

Meski demikian, rupiah masih memiliki peluang untuk menguat, sebab pelaku pasar sudah mengantisipasi kenaikan tersebut jauh-jauh hari. Artinya, posisi rupiah saat ini sebenarnya sudah price in dengan kenaikan tersebut.

Rupiah berpeluang menguat seandainya The Fed mengindikasikan akan mulai mengendurkan laju kenaikan suku bunganya. Apalagi, beberapa pejabat The Fed juga mulai mengungkapkan keinginan tersebut, dan bank sentral Kanada (Bank of Canada/BoC) sudah lebih dulu melakukannya.

Presiden The Fed San Francisco Mary Daly adalah salah satu pejabat yang menyuarakan keinginan agar The Fed bisa mengendurkan laju kenaikan suku bunga. Menurutnya, pelonggaran kebijakan diperlukan untuk mencegah ekonomi AS melambat lebih dalam.

"Pasar sudah mem-priced in kenaikan 75 bps lagi. Namun, saya ingin mengingatkan jika kenaikan suku bunga sebesar 75 bps tidak akan selamanya. Kita harus memastikan untuk tidak mengetatkan kebijakan terlalu ketat. Perang, perlambatan ekonomi Eropa, dan kenaikan suku bunga global akan berdampak ke ekonomi AS," tutur Daly, berbicara dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan Universitas Berkeley California, seperti dikutip dari Reuters.

Sementara itu rabu pekan lalu, BoC menaikkan suku bunga untuk keenam kalinya di tahun ini. BoC bersama The Fed menjadi bank sentral yang paling agresif menaikkan suku bunga guna meredam inflasi.

Tetapi, BoC menaikkan suku bunga 50 basis poin menjadi 3,5%, lebih rendah dari ekspektasi pasar 75 basis poin.

BoC bahkan mengatakan, periode kenaikan suku bunga sebentar lagi akan berakhir, sebab perekonomiannya diperkirakan akan stagnan dalam 3 kuartal ke depan.

Langkah BoC tersebut tentunya memberikan harapan The Fed juga mulai mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).

MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya.

Rupiah kini sudah berada di atas Rp 15.450/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 38,2%. Level tersebut bisa menjadi 'gerbang keterpurukan' bagi rupiah, selama tertahan di atasnya. Terbukti, rupiah terus tertekan setelah menembus level tersebut.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Selama tertahan di atas Fibonacci Retracement 32,5% tersebut rupiah berisiko terpuruk semakin jauh, menuju Rp 16.000/US$ atau di kisaran Rp 15.900/US$ yang merupakan Fib. Retracement 23,6%.

Untuk pekan ini, resisten berada di kisaran Rp 15.600/US$ hingga Rp 15.630/US$. Jika ditembus, rupiah berisiko merosot ke Rp 15.700/US$, atau lebih tinggi lagi.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah cukup lama berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat berada di Rp 15.500/US$ jika ditembus, rupiah berpeluang menguat menuju level kunci Rp 15.450/US$. Penembusan konsisten ke bawah level tersebut akan membuka peluang berlanjutnya penguatan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular