Rapor Keuangan Indosat Malah Jeblok Usai Merger, Kok Bisa Ya?

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
28 October 2022 14:30
ISAT dan TRI/detik
Foto: ISAT dan TRI/detik

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten telekomunikasi dan seluler PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) membukukan laba bersih Rp 3,69 triliun di kuartal ketiga tahun ini. Perolehan itu turun 36,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 5,8 triliun.

Selama periode itu, ISAT sejatinya mencatat pendapatan konsolidasi Rp 34,53 triliun. Berdasarkan keterangan perusahaan, Jumat (28/10/2022). Nilai ini melesat 49,8% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 23,95 triliun.

Meski positif ISAT membukukan kenaikan beban yang signifikan. Kenaikannya bahkan mencapai 77,8% secara tahunan menjadi Rp 26,63 triliun.

Alhasil, laba operasi ISAT tercatat Rp 7,89 triliun, turun 2,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 8,08 triliun. Pada saat yang sama, beban lain-lain IST juga lompoat 44,9% secara tahunan menjadi Rp 3,12 triliun.

Manajemen ISAT dalam keterangan resminya tak menampik tekanan yang terjadi merupakan imbas dari merger bersama operator 3, PT Hutchison 3 Indonesia (H3I). Merger rampung awal tahun ini.

Kenaikan beban sebesar 77% itu setidaknya berasal dari tiga pos keuangan. Berikut rinciannya.

- Beban Penyelenggaraan Jasa: naik sebesar Rp6.190,3 miliar atau 62,8% dibanding 9B 2021, sejalan dengan peningkatan jumlah sites dan peningkatan pendapatan sebagai dampak dari penggabungan
usaha, yang berimbas pada peningkatan beban frekuensi, beban interkoneksi, beban pemeliharaan, beban utilitas, beban sewa, beban sewa sirkuit, USO, serta BHP jasa telekomunikasi.

- Beban Penyusutan dan Amortisasi: meningkat sebesar Rp2.410,6 miliar atau 31,7% lebih tinggi dibandingkan 9B 2021, disebabkan imbas kenaikan penyusutan dari penambahan aset tetap akibat
penggabungan usaha serta penggelaran jaringan.

- Beban Karyawan: naik sebesar Rp1.267,5 miliar atau 79,6% lebih tinggi dibandingkan 9B 2021, terutama disebabkan oleh dampak restrukturisasi organisasi, peningkatan jumlah personil
sebagai dampak penggabungan usaha, beban tertentu provisi restrukturisasi Jiwasraya, serta jurnal pembalikan beban tertentu terkait implementasi undang-undang ketenagakerjaan di tahun 2021.

Meski begitu, setelah penggabungan usaha, pelanggan perusahaan meningkat sebesar 58,3% menjadi 98,6 juta pelanggan pada 9B 2022. Peningkatan pelanggan ini sedikit berdampak pada penurunan Average Revenue per User (ARPU) menjadi Rp33,8 ribu di 9B 2022, dari sebelumnya sebesar Rp34,2 ribu pada 9B 2021.

Perluasan basis pelanggan menghasilkan pertumbuhan trafik data yang kuat sebesar 94,4% YoY pada 9B 2022. Selain itu, cakupan jaringan Perusahaan juga meningkat seiring peningkatan jumlah BTS 4G yang mencapai 57 ribu, sehingga mampu menangani peningkatan trafik yang tinggi. 


(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laba ISAT 2022 Anjlok 30% Jadi Rp 4T, Padahal Pendapatan Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular